CONTOH SKRIPSI TENTANG KARTU HURUF DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN LINGUSTIK ANAK PADA USIA 4-5 TAHUN

CONTOH SKRIPSI TENTANG KARTU HURUF DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN LINGUSTIK ANAK PADA USIA 4-5 TAHUN 

 

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Skripsi adalah tugas yang harus diselesaikan oleh seorang mahasiswa hukumnya wajib supaya mendapatkan gelar yang ia tempuh, membuat skripsi tidak mudah perlu perjuangan, untuk itulah saya disini memberikan contoh skripsi tentang kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasan linguistic anak pada usia 4-5 tahun,

Berikut dibawah ini contohnya.

CONTOH SKRIPSI TENTANG KARTU HURUF DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN LINGUSTIK ANAK PADA USIA 4-5 TAHUN
 

 

KARTU HURUF DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAAN LINGUSTIK ANAK PADA USIA 4-5 TAHUN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

 pendidikan anak usia dini

 

LOGO KAMPUS

 

Oleh

(ISI DENGAN NAMA)

NIRM: ………………..

 

PROGRAM STUDI   PENDIDIKAN ANAK  USIA DINI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

……………………………. …………………..

 2020


 

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi :

KARTU HURUF DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAAN LINGUSTIK ANAK PADA USIA 4-5 TAHUN

Pembimbing I

(isi dengan nama pembimbing)

NIDN. …………………

 

Pembimbing II

(isi dengan nama pembimbing)

NIDN. …………………

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

 

(isi dengan nama ketua program studi)

NIDN. ………………….

Nama

:

…………………

 

NIM

:

…………………..

Program Studi

:

PG PAUD

 

 

 

 







 

LEMBAR PENGUJIAN SKRIPSI

KARTU HURUF DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAAN LINGUSTIK ANAK PADA USIA  4-5 TAHUN

Penguji I

 

 

Penguji II

 

 

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

 

……………………………….

NIDN. ………………………………

Nama

:

………………………..

 

NIM

:

……………………….

Program Studi

:

PG PAUD

 

 

 

 

 

LEMBAR PENGESAHAN HASIL PERBAIKAN SKRIPSI

KARTU HURUF DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAAN LINGUSTIK ANAK PADA USIA  4-5 TAHUN

Pembimbing I

……………………..

NIDN. ………………..

Pembimbing II

 …………………….

NIDN………………..

Penguji I

Penguji II

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

 

………………………………

NIDN. ………………………

Nama                 : ………………..

Nim                   : ………………….

Program Studi   : pendidikan anak usia dini

FAKTA INTEGRITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama               : ………………..

Nirm                : …………………

Program studi  : Pendidikan Anak Usia Dini

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya.

Apabila kemudian hari terbutki atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan(………………………………..).

Pasir kacapi, Agustus 2020

 

……………….

 

 

 

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

………………….., lahir di ………….. ……………... Terlahir dari buah cinta dari umi Narsyah dan Abi Alm. Ahmad Rukli. Merupakan anak terakhir dari tujuh bersaudara. Menempuh pendidikan di SDN 1 Sukaharja lalu melanjutkan ke SMPN 3 Cikulur, kejenjang pendidikan di Ponpes Hidayatul Hikam. Pada tahun 2016 penuis terdaftar sebagai mahasiswa di STKIP Setia Budi Rangkasbitung jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dan selama 4 tahun mengajar di PAUD AL ITTIHAD Pasir Kopo, Warunggunung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

  1. Sukses adalah proses dari apa yang kita perjuangkan
  2. Kesuksesan berawal dari impian, maka bermimpilah untuk meraih kesuksesan  amun ketika terbangun jangan tertidur lagi, kejarlah mimpi itu raihlah cita-citamu. Karena sukses datang pada orang berandi dan jauh pada yang takut.
  3. Tetaplah menjadi orang baik meski banyak  duri yang tertancap

PERSEMBAHAN

Aku Persembahkan karya kecilku ini kepada yang tercinta dan terkasih

  1. Ibu, dan alm ayah dan keluarga ku yang tak lupa memberikan dorongan, doa dan semangat yang tiada henti
  2. Suami yang selalu memberikan dukungan dalam setiap langkahku dalam menuju kesuksesan
  3. Teman seperjuangan S1 PAUD yang juga memberikan bantuan dan semangat kepadaku untuk berjuang meraih keberhasilan ini tanpa kalian mungkin aku tak bisa seperti ini.
  4. Almamaterku.

 

 

ABSTRAK

…………………… kartu huruf dalam meningkatkan kecerdasan lingustik anak pada usai 4-5 tahun Program pendidikan anak usia dini  pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung. Penggunaan media kartu huruf  dan metode dalam meningkatkan kecerdasan lingustik anak usia dini bertujuan agar kecerdasaan linguistic anak mampu berkembang dengan optimal. Realita, menunjukan bahwa dikampung Pasir Kacapi Kecamatan Cikulur adanya unit sekolah PAUD yang menggunakan media kartu huruf sebagai alat peraga untuk menstimulus kecerdasan lingustik anak pada usia 4-5, sehingga kecerdasan lingustik anak yang dimiliki mampu berkembang dengan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan linguistic anak pada usia 4-5 tahun.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskripsif, dilaksanakan dikampung Pasir Kacapi Kecamatan Cikulur dilaksanakan pada bulan April Tahun 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, dan wawancara. Untuk mengecek keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi  metode dan sumber, tahap yang ditempuh yaitu redukisi data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian diperoleh : terdapat peningkatan keberhasilan pembelajaran dalam penggunaan media kartu huruf dalam meningkatkan kecerdasan lingustik

Kata Pengantar

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segalara rahmatNya sehingga penulisdapat meneyelesaikan skripsi dengan judul “Kartu Huruf Dalam Meningkatkan Kecerdasan Lingustik Anak Pada Usia 4-5 Tahun” guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan anak usia dini pada sekolah tinggi keguruandan ilmu pendidikan (STKIP) Setia Budhi Rangkasbitung.

Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam mneyelesaikan skripsi ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak,  dalam kesempatan ini penulis menyeampaikan ucapan terimakasih kepada :

1.      Ibu …………….. M.Pd selaku ketua STKIP ………………………..

2.      Ibu …………….., M.Pd selaku ketua prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini  ……………………

3.      Bapak ………………... selaku pembimbing I yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasihat, serta waktunya.

4.      Ibu …………….. selaku pembimbing II yang telah sabar memberikan bimbingan dan kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis

5.      Segenap keluarga yang telah memberikan motivasi, dan dukunganya  baik secara moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekuranga baik isi maupun susunannya, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi terciptanyan skripsi yang lebih baik selanjutnya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Persetujuan Dan Pengesahan Proposal i

Fakta Integritas iv

Daftar Riwayat Hidup v

Motto Dan Persembahan vi

Abstrak vii

Kata Pengantar ix

Daftar Isi xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B.Fokus Dan Sub Focus Penelitian 6

C. Rumusan Masalah 7

D. Tujuan Penelitian 7

E. Kegunaan Penelitian 7

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 9

1.   Hakikat Anak Usia Dini 9

2.      Karakteristik Anak Usia Dini 11

3.      Konsep Umum Kecerdasann   Linguistik 12

4.      Pegertian Kecerdasaa Lingustik 23

5.  System Neurologis Kecerdasa  Ligustik 24

6.  Perkembanga bahasa Anak Usia dini 26

7.Tahap Perkembangan Bahasa anak dalam berbicara 30

8.Aspek-aspek perkembangan bahasa anak usia dini 34

9.Faktor yang mempengaruhi perkembangan lingustik 35

10.     Pengertian kartu huruf 37

11.     Langkah-Langkah Permainan Kartu Huruf 38

B. Kegunaan Penelitian Yang Relvan 40

BAB III Metode Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian 42

B.     Latar Penelitian 42

C.     Metode dan Prosedur Penelitian 43

D.    Data dan Sumber Data 45

E.     Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 46

F.      Prosedur Analisis Data 48

G.    Pemeriksaan Keabsahan Data 50

BAB IV HASIL PENELITIAN

A.    Gambaran Umum Penelitian 52

B.     Temuan Penelitian 52

  1. Meningkatkan Kecerdasan Lingustik Anak Melalui Kartu Huruf Usia 4-5 Tahun 52
  2. Fakto-Faktor Yang Mempengarhui Kecerdasan Lingustik Anak Melalui Kartu Huruf Usia 4-5 Tahun 58

C.     Pembahasan Temuan Penelitian 60

  1. Meningkatkan Kecerdasan Lingustik Anak Melalui Kartu Huruf Usia 4-5 Tahun 61
  2. Fakto-Faktor Yang Mempengarhui Kecerdasan Lingustik Anak Melalui Kartu Huruf Usia 4-5 Tahun 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan 71

B.     Saran 74

DAFTAR PUSTAKA 75

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini memliki karakteristik yang unik, memiliki kekhasan masing masing yang tidak sama antara anak satu dengan yang lain. Pendidikan memegang peranan penting pada masa ini. Hal ini disebabkan masa usia dini merupakan masa usia keemasan Golden age yang tidak bisa diulang untuk kedua kalinya. Golden age berlangsung antara usia 0-6 tahun. Pada masa golden age ini, otak anak berkembang sangat pesat sehingga penting sekali stimulasi pendidikan di berikan di masa ini. Anak-anak akan lebih mudah menyerap dan mempelajari berbagai informasi yang diberikan kepadanya di usia ini.

Setiap anak lahir dengan lebih dari satu bakat tetapi bakat tersebut bersifat potensial dan ibaratnya belum muncul dalam yang nyata. Untuk itulah anak perlu diberikan pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya dengan memperkaya lingkungan belajar, memberi peluang kepada anak untuk menyatakan diri, berekspresi, berkreasi, dan menggali sumber-sumber yang terunggul serta tersembunyi dalam diri anak. Selain itu, pada hakikatnya anak adalah mahluk individu yang membangun Sendiri pengetahuannya . Itu artinya guru tidaklah dapat menuangkan air begitu saja ke dalam gelas yang seolah tanpa isi karena pada dasarnya anak lahir sudah membawa sejumlah potensi yang siap untuk ditumbuh kembangkan melalui pemberian stimulasi dari lingkungan.

Pendidik, baik guru di sekolah maupun orang tua di rumah, memiliki andil yang besar dalam mengoptimalkan berbagai kemampuan yang ada pada anak usia dini. Peran pendidik dalam mengoptimalkan kemampuan anak di masa emas ini adalah dengan memberikan stimulasi yang sesuai dengan anak usia dini. Hal ini senada dengan penjelasan dari Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 angka 14 yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah  suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu  pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Depdiknas 2010:3).

Berdasarkan  isi dari pasal tersebut, salah satu bagian yang perlu dikembangkan dalam diri anak melalui pendidikan adalah kecerdasan. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama. Semua kecerdasan dapat dieksprorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal. Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam  tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan seseorang dapat membangun kekuatan kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-kelemahannya. Semua kecerdasan yang berbeda tersebut berkerjasama untuk mewujutkan aktivitas yang diperbuat manusia. Satu kegiatan mungkin memerlukan lebih dari satu kecerdasan, dan satu kecerdasan dapat digunakan dalam berbagai bidang (Gardner, 1993 : 37-38).

Berdasarkan  pendapat tersebut, Gardner menentang pendapat yang menyatakan bahwa di dalam diri manusia hanya terdapat satu kecerdasan saja. Menurutnya, setiap manusia memiliki beberapa potensi kecerdasan, dimana antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan yang lain saling mempengaruhi. Teori Gardner tentang kecerdasan jamak dikenal dengan sebutan Multiple Intellegence. Kecerdasan Verbal Linguistik merupakan salah satu yang diungkapkan oleh Gardner. Menurut Gardner (Armstrong, 1996:7), kecerdasan linguistik “meledak” pada awal masa kanak-kanak dan tetap bertahan hingga usia lanjut. Kaitannya dengan sistem neurologis, kecerdasan ini terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan. Kecerdasan linguistik dilambangkan dengan kata-kata, baik lambang primer (kata-kata lisan) maupun sekunder (tulisan) berserta dengan aturan-aturanya.Kecerdasan ini dikenal juga dengan istilah kecerdasan bahasa. Seseorang dengan kecerdasan verbal linguistik yang tinggi dapat memperlihatkan suatu penguasaan bahasa yang sesuai. Orang-orang tesebut dapat menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan berbagai tugas lain yang berkaitan dengan berbicara dan menulis serta dapat dengan mudah mempengaruhi orang lain melalui kata-katanya.

Pengembangan kecerdasan verbal linguistik anak usia dini melalui berbagai strategi dan aktivitas mendidik yang dapat membantu mengoptimalkan kemampuan berbahasa anak usia dini. Kemampuan berbahasa tersebut meliputi kemampuan berbicara, membaca, menyimak atau mendengarkan dan menulis. Pengembangan bahasa untuk anak usia dini bertujuan agar anak dapat berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan sekitarnya . Adapun ketrampilan berbahasa adalah menyimak, berbicara membaca dan menulis . Sehingga orang dewasa dapat memberikan stimulasi  kemampuan untuk menyimak,berbicara , membaca dan menulis agar perkembangan bahasa anak tumbuh optimal sesuai dengan  usianya . 

Menurut Howard sesungguhnya Bahasa adalah ekspresi kemampuan manusia yang bersifat bawaan. Kemampuan menggunakan bahasa bersifat instinktif (naluriah), akan tetapi kapasitasnya pada setiap orang berbeda, tergantung jenis bahasa spesifik apa yang mereka gunakan. Seorang  anak  yang dilahirkan di tengah-tengah orang dewasa yang berbahasa indonesia mereka akan selalu mendengarkan bahasa tersebut sehingga mereka akan berbicara dengan bahasa indonesia. begitu pula yang terjadi bila anak tersebut dilahirkan di tengah orang dewasa yang berbahasa inggris maka ia pun akan berbahasa inggris. Bahasa dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk yaitu bicara, tulisan dan gesture/gerakan. Bicara adalah ekspresi oral dari bahasa. Organ manusia yang berperan adalah mulut dan tenggorokan. Terkadang pengguna istilah bahasa dan bicara  ini tertukar atau disamakan artinya. Sebagai contoh adalah burung beo yang dapat diajar berbicara bahasa manusia.  mereka dapat bicara, tetapi tidak memiliki bahasa (dalam arti bahasa manusia) karena sesunggunya mereka tidak mengerti arti dan pengguna bahasa dalam bicara mereka mulai seperti  bicara mengoceh (bicara) tanpa bahasa yang benar yang memiliki arti sehingga tentu saja tidak dapat dimengertikan oleh orang lain. Kemampuan mendengarkan juga sudah dimiliki oleh bayi yang baru lahir. telinga bagian dalam dan tengah mencpai ukuran  pendengaran orang dewasa pada Segala yang terjadi pada bayi secara alamiah itu secara bertahap menuju ke pematangan kemampuan berbahasa. tahap-tahap dalam proses perkembangan disoroti dari segi sosial, bunyi dan kata. Menurut Hulit dan howard (1997), beberapa tahapan mengenai pendengaran yaitu dengan, otak mengirimkan intruksi dalam bentuk implus saraf ke organ-organ yang berperan dalam proses komunikasi, misalnya otot-otot mulut, otot-otot wajah yang membantu mengekspresikan pembicaraan, dan bahkan otot-otot tangan dan jari ikut membantu dukungan komunikasi non vebal. Berpindahnya bunyi atau suara dari mulut pembicara ke telinga pendengar, melalui gelombang suara yang berjalan di udara. Pada pendengar, mekanisme pendengaran dapat diaktifkan, partikel-partikel gelombang suara masuk kedalam gelombang telinga. Otak pendengar mulai bekerja menganalisis dan menginterprestasi implus saraf sehingga pendengaran memahami pesan dan pembicara.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik mengambil judul

" KARTU HURUF DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAAN LINGUSTIK ANAK PADA USIA  4-5 TAHUN "

 

  1. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka focus penelitian ini adalah”bagaimana cara meningkatkan kecerdasan lingustik anak melalui kartu huruf pada anak usia 4-5 tahun dikecamatan cikulur  kampung  pasir kacapi penelitian dilakukan terhadap anak (aulia zahra, muhamad firly, meli agustin)" ?. focus tersebut dijabarkan menjaditiga subfokus sebagai berikut.

1)      bagaimana cara meningkatkan kecerdasan lingustik anak dalam berbicara ?

2)      apa saja factor yang mempengaruhi kecerdasaan lingustik?

  1. perumusan masalah

Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah yaitu

1)      bagaiman cara untuk meningkatkan kecerdasan lingustik anak?

2)       Apa saja factor yang mempengaruhi kecerdasan lingusrtik anak?

  1. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan penelitian ini adalah

  1. Untuk mengetahui kecerdasan lingustik anak melalui media kartu huruf
  2. Untuk meningkatkan pengembangan kecerdasan lingustik anak
  1. Kegunaaan Penenlitian

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya:

  1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu :

1)      Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan yang berkaitan dengan kecerdasan  lingustik

2)      Pendorong untuk melaksanakan pendidikan anak usia dini yang lebih baik.

  1. Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu :

1)      Bagi Orang Tua/Pengasuh

Manfaat penelitian ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua bahwa terdapat beberapa  kecerdasan dalam diri anak dan orang tua mampu memberikan stimulasi kepada anak agar anak mampu mengembangakan bakat atau potensi yang anak miliki..

2)      Penelitian Selanjutnya

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan terhadap kemandirian anak yang di asuh bukan orang tuanya sendiri.

 

 

.


                                                               BAB II        

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskrifsif Konseptual Focus Dan Subfokus

  1. Hakikat Anak Usia Dini

 

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesawat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Bek, 1992:18). Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 sampai 6 tahun. Anak usia dini dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia di atasnya, sehingga pendidikannya dipandang perlu untuk dikhususkan (Slamet Suyanto, 2005: 1). Usia dini merupakan usia yang tepat bagi anak-anak untu mengembangkan potensi diri. Pengembangan potensi pada diri anak perlu dikembangkan sesuai dengan tahapan dan karakteristik anak sehingga potensi anak berkembang dengan optimal.

Berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi "pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar."selanjutnya pada Bab 1 pasal 1 ayat 14 yah berbunyi ditegaskan bahwa pendidikan anak usia adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2004:4). Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (Koordinasi motorik halus dan kasar), Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, Kecerdasan emosi Kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta beragam), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (http://Ir.wikipedia.org/Wiki/pendidikan).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-6 tahun. Anak usia dini berada pada masa keemasan yang tepat untuk pemberian rangsangan pendidikan, untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkambangan anak. pemberian rangsangan pendidikan perlu memperhatikan karakteristik anak, sehingga potensi anak dapat berkembang dengan optimal.

  1. Karakteristik Anak Usia Dini

Karakteristik anak usia dini merupakan fase pertumbuhan dan perkembanganyang sangat pesat, sehingga memerlukan rangsangan yang tepat dan diberikan secara rutin. Partini (2010: 8-12) mengungkapkan bahwa karakteristik anak usia dini akan mengalami perubahan dan perkembangan sesuai usianya. Secara biologis perkembangan anak anak dapat dibagi menjadi 6 fase perkembangan, mulai dari usia 0 sampai 6 bulan, 7 sampai 12 bulan, 13 sampai 24 bulan, 3 sampai 4 bulan, 5 tahun, dan sampai 8 tahun. Karakteristik anak usia dini, khususnya usia anak-anak TK adalah mulai dari usia 4 sampai 6 tahun. Karakteristik perkembangan anak yaitu sudah dapat berkomunikasi dalam berinteraksi, dan mulai belajar mengemukakan pendapat. Anak juga sudah mulai melakukan aktivitas permainan secara bersamasama, dan mulai mengembangkan keterampilan bahasanya baik secara lisan ataupun tertulis.

Karakteristik anak memang menarik baik dari sisi perkembangan maupun pencapaian. Cucu Eliyawati (2005: 2-7) mengidentifikasi karakteristik anak usia dini menjadi 7 karakter. Karakteristik anak bersifat unik, anak berekspresi relatif spontan, anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu dan antusias yang besar, kaya fantasi, dan merupakan pembelajar yang potensial.

Karakteristik anak memang berbeda sehingga guru perlu mengetahui karakteristik anak dan dapat menghadapi dengan sikap yang tepat. Richard (dalam Sofia Hartati, 2005: 811) mengemukakan bahwa karakteristik anak adalah bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan makhluk sosial, bersifat unik, kaya dengan fantasi, daya konsentrasi yang dimiliki pendek, dan merupakan masa belajar yang paling potensial.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat ditegaskan bahwa karakteristik anak usia dini berada pada fase usia 0-6 tahun. Karakteristik anak-anak bersifat unik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang besar, kaya dengan fantasi, dan merupakan pembelajar yang potensial.

3.                     Konsep Umum kecerdasan Linguistik

  1.  Pengertian Kecerdasan

Gardner (1993:17) menyatakan bahwa Kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, menciptakan  produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan budaya masyarakat. Gardner (1993:17-23) menyatakan bahwa Kecerdasan merupakan:

  • Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang efektif atau menyumbangkan pelayanan yang bernilai dalam suatu budaya
  • Sebuah perangkat keterampilan menemukan atau menciptakan bagi seseorang dalam memecahkan permasalahan dalam hidupnya.
  • Potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan penggunaan pemahaman baru.

Menurut Bandler dan Grinder dalam DePotter (1999:39) Kecerdasan merupakan ungkapan dari ara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas belajar, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan dan komunikasi; sedangkan Narkoba meyakini bahwa orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibagi menjadi 3 yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetikal.

Berikut Paparan tentang modalitas yang dimiliki setiap individu.

Visual, orang dengan modalitas visual belajar melalui apa yang mereka lihat. Modalitas ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat. Individu yang memiliki modalitas visual dicirikan dengan suka akan dengan keteraturan, memperhatikan sesuatu dengan detail, selalu menjaga penampilan, mengingat dengan gambar atau dari membaca dan mengingat apa yang dilihat.

Auditorial, orang dengan modalitas audotorial serta belajar melalui apa yang mereka dengar. Individu dengan modalitas audotorial biasanya memiliki perhatian yang mudah terpecah, berbicara dengan pola berirama, belajar dengan mendengarkan, menggerakkan bibir dan bersuara saat membaca, senang berdialog secara internal dan eksternal.

Kinestetika, orang dengan modalitas kinestetika belajar lewat gerakan dan sentuhan. Individu dengan modalitas kinestetik biasanya senang menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak, belajar dengan melakukan, menunjukkan tulisan saat membaca, mengingat sambil berjalan dan melihat.(Sujiono nurani Yuliani,2013:176-177)

Penelitian Gardner telah meruntuhkan dua asumsi umum tentang kecerdasan, yaitu Kecerdasan manusia bersifat satuan dan bahwa setiap individu dapat dijelaskan sebagai mahluk yang memiliki kecerdasan yang dapat diukur dan tinggal (cambel, Dickinson,. 2002:3). Dalam studinya tentang kecerdasan manusia ditemukan bahwa pada hakikatnya:

1)      Setiap manusia memiliki delapan (kemudian ditambahkan dua menjadi sepuluh walaupun masih bersifat hipotetis) spektrum Kecerdasan yang berbeda-beda dan menggunakannya dengan cara-cara yang sangat individual.

2)      Setiap orang dapat mengembangkan kesemua Kecerdasan sampai mencapai suatu tingkat yang memadai; serta

3)      Setiap Kecerdasan bekerja sama satu sama lain secara kompleks karena dalam tiap Kecerdasan ada berbagai cara untuk menumbuhkan salah satu aspeknya (Sujiono Bambang , 2010; 48)

 

  1. kecerdasan menurut parah ahli

Berikut ini dikemukakan beberapa konsep Kecerdasan yang telah dikemukakan oleh para ahli di bidangnya.

1)      Konsep Kecerdasan menurut Verton (1935)

Verton menggolongkan definisi-definisi Kecerdasan menjadi tiga kategori, yaitu kecerdasan ditinjau secara biologi, psikologis, dan secara operasional. Penjelasan dari masing-masing tersebut diuraikan sebagai berikut.

2)      Kecerdasan ditinjau secara biologis

Ditinjau dari ilmu biologis Kecerdasan ditafsirkan sebagai kemampuan dasar manusia yang secara relatif diperlukan untuk penyesuaian diri pada alam sekitar yang baru.

3)      Kecerdasan ditinjau secara psikologis

Kecerdasan adalah kemampuan kognitif umum yang dibawa individu sejak lahir.

4)      Kecerdasan ditinjau secara operasional

Secara operasional kecerdasan  didefinisikan dalam pelaksanaan atau dalam aplikasinya secara operasional dengan menggunakan istilah-istilah yang pasti. Definisi Kecerdasan secara operasional memakai pernyataan dari kondisi-kondisi yang diobservasi sehingga pernyataan kalimatnya berisi terma atau salah.

a.       Konsep Kecerdasan menurut Freeman

Menurut Freeman, Kecerdasan dipandang sebagai suatu kemampuan yang dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu kemampuan adaptasi, kemampuan belajar, dan kemampuan berpikir abstrak.

Kemampuan adaptasi, kemampuan adaptasi merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya.

Kemampuan belajar. Kemampuan belajar merupakan kemampuan seseorang untuk belajar. Kemampuan belajar dijadikan indeks atau dasar Kecerdasan seseorang.

Kemampuan berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan konsep-konsep dan simbol-simbol guna menghadapi situasi-situasi atau persoalan-persoalan yan memakai simbol-simbol verbal dan bilangan.

b.      Konsep Kecerdasan menurut Alfred Biner (1916)

Menurut Biner, Kecerdasan adalah kecenderungan untuk mengambil dan mempertahankan pilihan yang tepat, kapasitas untuk beradaptasi dengan maksud memperoleh tujuan yang diinginkan dan kekuatan autokritik.

c.       Konsep Kecerdasan menurut D. wechsler

Ahli ini berpendapat bahwa kecerdasan adalah kumpulan kapasitas atau kapasitas global individu untuk berbuat menurut tujuannya secara tepat, berpikir secara rasional, dan menghadapi alam sekitar secara efektif.

d.      Komentar Kecerdasan menurut Bruce w. Tuckman

Bruce W Tuckman mengemukakan ada sepuluh macam konsep Kecerdasan Fudyartanto, 2003, dalam buku Prawira Almaja Purwa, 2013:141-248)

a.         Kecerdasan adalah suatu kemampuan Intelektual umum

Kecerdasan ini serupa dengan Kecerdasan yang dikemukakan oleh Binet dan Vernon. Tokoh lain yang mendukung Kecerdasan sebagai kemampuan intelektual umum adalah Charles Spearman.

Charles Spearman mengatakan bahwa semua aktivitas mental bergantung kepada faktor umum yang disebut faktor G, yaitu energi mental yang dimiliki semua orang tetapi berbeda-beda tingkatannya. Faktor G bekerja pada semua tugas mental sebagai fungsi yang dituntut oleh Kecerdasan. Faktor G diduga terletak pada saling koreksi pada subtes tes kecerdasan. Selain faktor G, Spearman juga mengajukan Postulat adanya faktor khusus yang disebut faktor S. Faktor S ini menunjukkan kemampuan khusus.

Namun, semua aktivitas mental mempunyai komponen umum yang mencerminkan kemampuan intelektual umum adalah kemampuan berpikir dan memutuskan perkara secara cepat, memahami menentukan mempertahankan arah berpikir, menyesuaikan pikiran dengan tujuan tertentu, dan bersifat autokritik. Konsep ini diterapkan oleh Binet kedalam tes kecerdasan  untuk menyeleksi anak-anak yang dapat masuk sekolah biasa dan anak-anak yang perlu diasuh dalam sekoly luar biasa.

b.        Kecerdasan sebagai kelompok-kelompok sifat

Thurstone menyebutnya grup factor theory dan mengidentifikasi ada tujuh macam kemampuan mental primer sebagai kelompok faktor, yaituv verbal comprehension word fluency, the number factor, the space factor, the rote memory factor, the reasoning factor, dan perceptual spead

1.       verbal comprehension (ditandai kode V), faktor ini terdapat dalam subtes kecerdasan yang mengungkapkan kemampuan memahami atau komprehensi. Misalnya, kemampuan memahami bacaan, seperti keterampilan menyimak, analogi verbal, menguraikan kalimat, pemikiran verbal, dan merangkai pepatah. Kemampuan verbal paling cocok jika diuji dengan tes pembendaharaan kata.

2.      Word fluency (ditandai kode W), faktor kelancaran atau keterampilan dalam menggunakan kata-kata dalam bahasa, Kecerdasan ini diterapkan dalam jenis tes anagram, sanjak, atau menyebut nama anak-anak yang dimulai dengan huruf P, misalanya menyebutkan kata-kata dalam kategori tertentu.

3.      The number factor ( ditandai kode N), faktor bilangan. Dalam hal ini, kecerdasan meliputi kemampuan intelektual umum untuk menggunakan konsep-konsep bilangan termasuk memiliki kemampuan menghitung secara tepat dan cepat.

4.      The space factor (ditandai kode S), tugas-tugas untuk imajinasi dalam ruang, misalnya mengerti hubungan geometris, gerak-gerak horizontal dan vertikal, dan pengertian ruang dalam stereometri.

5.      The Rote memory factor (ditandai kode M), berhubungan dengan kemampuan mental untuk mengingat dengan cepat, misalnya kata-kata yang berpasangan. Faktor ingatan ini dapat diungkap dengan menerapkan prinsip tes yang menghendaki rangkaian atau pasangan ingatan.

6.      The reasoning factor (ditandai kode I/R), faktor pemikiran baik induksi maupun deduksi. Pemikiran secara induksi daap diuji dengan menyempurnakan. Sedangkan, pemikiran deduksi diuji dengan tes silogisme.

7.      Perceptual speed (ditandai kode P), faktor kecepatan dan ketepatan pengamatan secara cermat (detail), persamaan, dan perbedaan.

c.         Kecerdasan sebagai kesanggupan adaptasi

Konsep Kecerdasan ini didukung oleh definisi-definisi Kecerdasan menurut Wechsler dan stoddard seperti telah diterangkan sebelumnya.

d.        Kecerdasan dipandang sebagai sesuatu yang dapat diukur dengan tes kecerdasan

Pendapat seperti ini sebetulnya merupakan pendapat operasional sejalan demgy pandangan Boring (1923) yang mengatakan bahwa intelligence ia whatever the tes measure. Hanya saja ada hal yang patut dipertanyakan, adakah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mengukur kecerdasan manusia? Jawaban untuk pertanyaan tersebut tidak sederhana yang dibayangkan dan yang pasti tes yang dapat mengukur kecerdasan sudah distandarisasi. Perlu pula dipikirkan penyusunan materi tes kecerdasan harus mempertimbangkan pengaruh budaya. Mengingat Kecerdasan seseorang terbentuk dari adanya faktor-faktor pembawaan yang dimiliki individu iti sendiri dan juga dari lingkungan sekitarnya, baik yang berupa keadaan fisik maupun keadaan sosial budaya. Untuk itu, sebenarnya tes kecerdasan yang disusun untuk anak-anak yang tinggalnya di Eropa atau Amerika serikat tidak cocok jika diterapkan untuk mengetes kecerdasan anak-anak yang tinggalnya di Indonesia atau negara-negara Asia yang lainnya

 

 

e.         Kecerdasan sebagai suatu faktor diskrit

Pandangan ini dikemukakan oleh J.P. Guildford (1967) yang mengatakan bahwa Kecerdasan individu terdiri dari tiga dimensi, yaitu dimensi isi, dimensi operasi dan dimensi hasil. Dimensi isi dari sebuah intelek dapat berupa gambar atau figural (diberi simbol F), simbolik diberi tombol S, pernyataan dalam kalimat (semantic) diberi simbol M, dan perilaku (behavioral) diberi simbol B. Dimensi operasi adalah intelek yang meliputi kognisi (cognition) diberi simbol C, mengingat (memory) diberi simbol M, produksi Divergen (divergent production) diberi simbol D, produksi induksi (inductive production) diberi tombol I, evaluasi (evaluation) atau penilaian diberi simbol E. Dimensi hasil (produk) meliputi unit yang diberi simbol U, kelas atau classes diberi simbol C, hubungan atau relation diberi simbol R, sistem atau systemsb diberi simbol S, pemindahan atau transformations diberi simbol T.

f.          Kecerdasan sebagai kemampuan belajar

Hal ini sejalan dengan pikiran ahli psikologi bernama Piaget yang berpendapat bahwa Kecerdasan merupakan suatu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah terjadinya perubahan-perubahan dalam pikiran untuk membentuk suatu kerangka berpikir. Sedangkan akomodasi merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur diri sendiri sebagai hasil pengalaman-pengalaman baru. Kedua proses ini menjadikan seseorang memiliki kesanggupan belajar dan tumbuh. Berkaitan pendapat Piaget ini, kecerdasan sebagai kemampuan belajar seseorang dapat diukur hasilnya sebagai hasil pengajaran.

g.        Inteligensi sebagai perilaku terpelajar

Ada yang berpendapat bahwa berperilaku terpelajar merupakan aplikasi intelegensi. Makanya, inteligensi diangggap keberhasilan belajar. Pendapat ini disongkong oleh adanya korelasi yang tinggi antara hasil tes intelegensi dan hasil belajar anak.

h.        Kecerdasan sebagai dua tingkatan proses yakni tingkat kecerdasan asosiatif dan kecerdasan tingkat abstrak

Psikolog Jensen (1968) mengemukakan bahwa kecerdasan memiliki dua tingkatan, yaitu kecerdasan asosiatif dan kecerdasan abstrak.

Gagne  (1950), seorang ahli yang berpendapat dengan Jensen, merinci tingkat-tingkatan kecerdasan yang diajukan menjadi beberapa hal, yaitu kecerdasan asosiatif meliputi proses belajar sinyal, belajar stimulus respon, belajar rangkaian deretan, dan asosiasi verbal. Sedangkan kecerdasan abstrak mencakup empat hal yaitu kemampuan diskriminasi ganda, belajar konsep, belajar prinsip, dan belajar memecahkan masalah.

i.          Kecerdasan sebagai kemampuan-kemampuan mental majemuk

Menurut pandangan ini, kecerdasan merupakan keterampilan intelektual yang majemuk atau kemampuan-kemampuan mental yang dapat diperinci secara spesifik berdasarkan tes kecerdasan, dipengaruhi dan dihubungkan dengan lingkungan belajar yang dirancang untuk memperkuat atau menguasai kecakapan-kecakapan tersebut.

j.          Kecerdasan sebagai bentuk kemampuan, bakat, dan prestasi

Menurut Freeman (1950), merupakan kecerdasan yang merupakan suatu kondisi atau kombinasi ciri-ciri pengenal kecerdasan individu melalui latihan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, kesiapan responsi, untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan keteknikan, dan lain-lain. Oleh karena itu merujuk pada penjelasan ini pengertian tes bakat digunakan untuk mengukur potensi kemampuan individu untuk melakukan tipe perbuatan tertentu dalam bidang dan jangkauan terb

4.       Pengertian Kecerdasan lingustik

Kecerdasan linguistik adalah Kecerdasan dalam mengolah kata, atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, menyakinkan orang, menghibur, atau mengajar dengan efeky lewat kata-kata yang diucapkan. Kecerdasan ini memiliki empat keterampilan yaitu: menyimak, membaca, menulis dan berbicara.(Sujiono Nuraini Yuliani, 2013)

Kecerdasan linguistik juga dapat diartikan sebagai kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan menggunakan bahasa secara efektif baik lisan maupun tulisan. Cerdas lingustik berarti cerdas kata, dan cepat belajar dengan mengubah kata-kata atau dengan mendengarkan dan melihat.

Menurut Gardner dalam (Musfiroh Tadkiroatun, 2008:47), Kecerdasan lingustik "meledak" pada awal masa kanak-kanak dan tetap bertahan hingga usia lanjut. Kaitannya dengan sistem neurologis, Kecerdasan ini terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan. Kecerdasan linguistik dilambangkan dengan kata-kata, baik lambang primer (kata-katanya lisan) maupun sekunder (tulisan).

5.      Sistem neurologis Kecerdasan lingustik

Kecerdasan bahasa memiliki wilayah primer atau sistem neurologi utama yang terletak diotak sebelah kiri (biasa disebut hemisfer kiri). Wilayah pertama adalah wilayah Broca, berkaitan dengan kecerdasan linguistik produksi atau berbicara, wilayah broca bertanggung jawab terhadap (1) produksi bahasa, khususnya pengucapan kata-kata secara tepat, (2) pemilihan kata-kata yang tepat dan masuk akal, termasuk kata lepas, kata berimbuhan, kata sambung, (3) penyusunan kalimat yang lengkap (bukan sekedar kata kunci), (4) penyimpanan kode artikulasi guna menentukan urutan gerakan otot yang diperlukan untuk mengucapkan suatu kata.

 

 

 

 

MENGUCAPKAN KATA YANG TERDENGAR

Gambar 1.1

 

 

 

 

 

 

Wilayah utama kedua dari Kecerdasan lingustik adalah area Wernicke yang terletak di lobus temporalis (wilayah di atas telinga). Area ini berperan dalam kegiatan pahaman kata-kata. Dengan demikian, area ini memungkinkan seseorang dapa menyimak bunyi-bunyi bahasa sekaligus memahami arti, makna, dan maksudnya. Di area inilah tersimpan kode auditorium dan makna kata. Pemahaman pada daerah ini meliputi pemahaman sintaksis, dan menarik makna dari hubungan yang kompleks di antara konsep kata dan sintaksis

 

MENGUCAPKAN KATA YANG TERTULIS

Gambar 1.2

 

 

 

 

 

Meskipun bukan wilayah utama, hemisfer kanan juga berperan dalam pengembangan Kecerdasan lingustik, terutama kemampuan memahami humor dan penggunaan bahasa sesuai aturan budaya(Dharmaperwira-prins, 2004 dalam buku Musfiroh Tadkiroatun, 2018; 2.4-2.5

 

6.      Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Awal masa kanak-kanak umumnya merupakan saat berkembang pesatnya penguasaan tugas pokok dalam belajar berbicara, yaitu menambah kosa kata, menguasai kata-kata menjadi kalimat (Hulock, 1997:12). Perkembangan bahsa adalah perkembangan kemampuan berkomunkasi yang mencakup kemampuan dalam:

1)      Receptive speech, yaitu kata-kata yang diterima atau dimengerti seseorang

2)      Expressive speech, yaitu kata-kata yang diproduksi oleh seseprang

3)      Artikulasi, yaitu bagaimana seseorang mengucapkan kata-kata  (Carloyn, 2013:8)

Oleh karena itu dapat diketahui, bahwa pada dasarnya dalam mengajak anak berbicara, hendaknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anak, maka anak dapat memahami maksud dari perkataan tersebut. Selain anak dapat memahami dari perkataan tersebut , anak juga dapat meniru tentang suatu hal.

Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh manusia sejak lahir sampai usia lima tahun, yang dikenal dengan istilah pemerolehan bahasa. Menurut pendekatan teoritis terhadap perkembangan bahasa anak dapat terjadi secara alami merupakan bawaan sejak lahir, untuk mengembangkan kemampuan tersebut diperlukan penguatan atau stimuli, baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Menurut Bob Harjanto (2011: 31) salah satu hal yang paling pesat dalam perkembangan balita adalah kemampuan berbahasa. Masa balita sangat tepat untuk belajar bahasa karena masih sedikitnya perbendaharaan kata-kata yang dimiliki anak. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan bahasa tertentu akan menjadi fasih dengan bahasa tertentu. Pengembangan bahasa untuk anak usia 4 –6 tahun (usia TK) difokuskan pada aspek menyimak, berbicara, menulis, membaca dengan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, anak akan mendapatkan banyak sekali kosa kata, sekaligus dapat mengekspresikan dirinya.Dengan kata lain pengembangan bahasa lebih diarahkan agar anak dapat: (1) mengolah kata secara komprehensif. (2) mengekspresikan kata-kata tersebut dalam bahasa tubuh (ucapan dan perbuatan) yang dapat dipahami olehorang lain. (3) mengerti setiap kata, mengartikan dan menyampaikannya secara utuh kepada orang lain. (4) berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata yang diucapkannya.

Perkembangan bahasa anak merupkan perkembangan yang perlu dirangsang sedini mungkin dengan tepat dan diberikan secara teratur. Menurut Nurbiana Dhieni (2007: 31) mengungkapkan perkembangan bahasa anak adalah sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak-anak, terdiri dari perkembangan bicara, perkembangan menulis, perkembangan membaca, dan perkembangan menyimak. Perkembangan bahasa anak merupakan kemampuan anak untuk dapat mengekspresikan segala pikiran dalam bentuk ungkapan. Menurut Enny Zubaidah (2003: 3) mengungkapkan bahwa perkembangan bahasa anak mencakup empat keterampilan. Empat keterampilan bahasa yang dimaksud meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Perkembangan bahasa anak-anak berkembang secara bertahap sehingga memerlukan ketekunan baik dari anak sendiri maupun bagi guru atau orang tua dalam memberikan rangsangan. John W. Santrock (2007: 357-362) membagi perkembangan bahasa menjadi 3 tahapan. Tahap perkembangan bahasa antara lain perkembangan bahasa pada masa bayi (0-2 tahun), masa kanak-kanak awal (3-6 tahun), dan masa kanak-kanak menengah sampai akhir (7 tahun keatas).

Perkembangan bahasa anak usia dini merupakan tahapan kemampuan anak mulai kemampuan berbicara sampai dengan kemampuan memahami sebuah pembicaraan dari orang lain. Soemiarti Padmonodewo (2003: 25), mengemukakan 3 hal yang perlu diketahui dalam perkembangan bahasa pada anak. Pertama adalah perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa merupakan sistem tata bahasa, sedangkan kemampuan bicara merupakan ungkapan dalam bentuk kata-kata. Kedua pertumbuhan bahasa yaitu bersifat pengertian atau reseptif dan bersifat ekspresif. Kemampuan untuk memahami merupakan kemampuan reseptif, sedangkan kemampuan kemampuan menunjukan bahasa merupakan ekspresif. Ketiga komunikasi diri pada saat berhayal perlu dibatasi.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat ditegaskan bahwa perkembangan bahasa anak memegang peran penting dalam perkembangan anak, khususnya perkembangan kemampuan berbahasa di taman kanak-kanak, sehingga anak-anak mampu berkomunikasi dengan baik dan dapat mengembangkan potensinya. Perkembangan bahasa anak usia dini khususnya di taman kanak-kanak berada pada masa kanak-kanak awal yang terdiri dari kemampuan berbicara, kemampuan membaca, kemampuan menulis, dan kemampuan menyimak. Perkembangan bahasa tersebut membantu anak-anak dalam berbahasa baik secara reseptif maupun secara ekspresif.

7.      Tahap Perkembangan Bahasa (Berbicara) Anak Usia Dini

        Aspek      

 perkembangan

Standar perkembangan

Perkembangan dasar

Indikataor

Bahasa

Anak mampu berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal symbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung

Dapat mendengar dan membedakan bunyi suara, kata dan kalimat sederhana

Ø  Membedakan kembali bunyi atau suara tertentu

Ø  Membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal atau akhir yang sama missal, nama, sama

Ø  Mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut

Ø  Melakukan 3 perintah secara berurutan dengan benar

Ø  Menunjukan beberapa gambar yang diminta

Ø  Menirukan kembali bunyi atau suara tertentu

Ø  Menirukan kembali 4- 5 urutan kata

 

 

dapat berkomunikasi atau berbicara lancar dengan lafal yang benar

Ø  Menjawab pertanyaan sederhana

Ø  Berbicara lancar dengan menggunakan kalimat kompleks terdiri dari 5-6 suku kata

Ø  Bercerita menggunakan kata ganti aku, saya, kamu dan mereka

Ø  Menyebutkan nama benda yang diperlihatkan dengan media gambar

 

 

 

Dapat memahami bahwa ada hubungan anatar lisan dengan tulisan(pra membaca)

Ø  Membuat gambar dan menceritakan isin gambar dengan beberap coretan tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata

Ø  Bercerita tentang gamabar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urtuan dan bahasa yang jelas

 

 

Dapat memahami ada hubungan antara gambar dengan tulisan(pra menulis)

Ø  Membuat coretan atau tulisan yang berbentuk huruf atau kata berdasarkan gamabra yang dibuat(apriatnti yofita,2013:27-31)






 

            jadi dapat disimpulkan bahwa tahap perkembangan bahasa seorang anak dimulai dengan dapat mendengar dan membedakan bunyi suara, kata dan kalimat sederhana, dan mulai dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih kompleks, dan selanjutnya anak juga mulai dapat memahami hubungan antara lisan atau tulisan dan hal tersebut berpengaruh pada kemampuan membaca dan menulis pada anak, selain itu, rangsangan perlu dilakukan oleh orang tua ataupun guru untuk selalu mengajak anak berkomunikasi sehingga kemampuan berbicara anak dapat berkemabang.

8.      Aspek-aspek perkembangan bahasa anak usia dini

Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak meurut Jamaris dalam Ahmad (2011;77), dapat dibagi dalam tiga aspek yaitu:

  1. Kosa kata, seirimg dengan perkembangan anak dan pengalamanya berinteraksi dengan lingkungannya , kosa kata anak berkemabang dengan pesat
  2. Sintaksis (tata bahasa), walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak dilingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa lisan denga susuna kalimat yang baik. Misalnya,”Rita memberi makan kucing”
  3. Semantic, semantic maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya , anak ditaman kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan menggunkan kata-kata dan kalimat yang tepat. Miasalnya,”tidak mau” untuk menyatakan penolakan.

9.      Fakto-faktor yang mempengaruhi kecerdasan lingustik

Pengertian perkembangan bahasa meliputi juga perkembangn kopetensi komunikasi, yakni kemampuan untuk menggunakan semua keterampilan berbahasa manusia untuk berekpresi dan memaknai. Perkembangan bhasa dipengaruhi oleh lingkungan anak dan lingkungan sekitarnya. Interaksi dengan orang yang lebih dewasa atau penutur yang lebih matang memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu meningkatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi . (bredekamp dan copple,1997: 104). Peran perkembangan bahasa memainkan perananyang signifikan dalam perkembangan anak.

Perbedaan perkembangan bahasa anak, baik bentuk maupun strukturnya sangat dipengaruhi oleh latar belakang klutural dan social tertentu. Setiap ornag juga mempunyai kisah sejarah sendiri dan latar belakang yang sering sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda kepada anak. Menurut Maccoby dan M mcloby (2008) ada beberapa factor yang mempengaruhinya, antara lain:

1)      Factor social ekonomi

Lingkungan sosoal berkaitan dengan pola hubungan social atau pergaulan yang dibentuk oleh orangtua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak dari orang tua yang social ekonominya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak mengenal banku pendidikan sama sekali karena factor terkendala factor social ekononomi

2)      Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orangtua dapat mempengaruhi pola pikir orangtua dan pola asuh yang diberikan kepada anak.

3)      Nilai agama yang dianut oleh orangtua

Nilai-nilai agama juga menjadi hal penting yang ditanamkan orangtua kepada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagaman juga turut berperan didalamnya

4)      Kepribadian

Dalam mengasuh anak, orangtua tidak hanya mengomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuh kembangkan kepribadian anak.

5)      Jumlah pemilik anak

Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan oleh para orangtua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, akan ada kecenderungan orangtua tidak begitu menerpakan pola asuh secara maksimal pada anak. Karena perhatian dan waktunya terbagi antara satu dan lainnya (Sofia, 2013).

10.  Pengertian permainan kartu huruf

Soenjono Darjowidjojo (2003: 300) menggungkapkan bahwa kemampuan mengenal huruf adalah tahap perkembangan anak dari belum tahu menjadi tahu tentang keterkaitan bentuk dan bunyi huruf, sehingga anak dapat mengetahui bentuk huruf dan memaknainya. Belajar mengenal huruf menurut Ehri dan Mc. Cormick (dalam Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik, 2008: 330-331) merupakan komponen hakiki dari perkembangan baca tulis. Anak perlu mngetahui atau mengenal dan memahami huruf abjad untuk akhirnya menjadi pembaca dan penulis yang mandiri dan lancar. Anak-anak yang bisa mengenal dan menyebut huruf-huruf pada daftar abjad dalam belajar membaca memiliki kesulitan lebih sedikit dari anak yang tidak mengenal huruf.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, kemampuanmengenal huruf merupakan bagian dari perkembangan bahasa anak, diantaranya kemampuan mengetahui simbol-simbol huruf dan mengetahui huruf depan dari sebuah benda.

Menurut Musfiroh Tadkiroatun (2018:2.15-2.16) permainan "kartu huruf" bertujuan merangsang kemampuan membaca anak dengan teknik fonik. Permainan ini dapat dibuat dalam berbagai versi, yakni versi huruf lepas, huruf awal, susun huruf, koleksi huruf, dan versi kata yang sama. Versi huruf awal sesuai untuk identifikasi huruf dan menumbuhkan kemampuan grafofonemik anak. Versi susun huruf sesuai untuk menumbuhkan kemampuan sintaktik, dan versi koleksi huruf sesuai untuk identifikasi huruf.

Jadi dari pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa kemampuan mengenal huruf adalah kesanggupan anak dalam mengetahui dan memahami tanda-tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan huruf abjad dalam melambangkan bunyi bahasa. Kemampuan anak dalam mengetahui huruf dapat dilihat saat anak mampu menyebutkan suatu simbol huruf, dan kemampuan anak dalam memahami huruf dapat dilihat dari kemampuan anak saat memaknai huruf sehingga anak mampu menyebutkan huruf depan dari sebuah kata.

11.  Langkah-langkah permainan kartu Huruf

Cucu Eliyawati (2005: 72) menyebutkan langkah-langkah dalam bermain kartu huruf diantaranya yaitu ambilah satu persatu kartu huruf secara bergantian. Amatilah simbol huruf pada kartu yang sedang dipegang, kemudian sebutkanlah simbol huruf yang tertera pada kartu huruf. Baliklah kartu huruf, amatilah gambar dan tulisan yang terdapat pada kartu, kemudian sebutkanlah gambar benda dan huruf depan dari gambar benda yang tertera pada kartu huruf. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam penelitian ini kemudian mengembangkan langkah-langkah permainan kartu huruf sebagai berikut:

1.      Anak dikondisikan duduk melingkar di karpet.

2.      Anak-anak diberi penjelasan tentang permainan yang akan dilakukan, yaitu permainan kartu huruf

3.      Anak-anak diberi contoh cara bermain kartu huruf yang akan dijelaskan sebagai berikut ini:

  • Guru mengambil sebuah kartu huruf, kemudian diperlihatkan pada anak-anak.
  • Guru mengucapkan simbol huruf yang tertera pada kartu huruf, kemudian anak-anakdiberi kesempatan untuk meniru mengucapkan simbol huruf tersebut.

4.      Guru membalik kartu huruf, kemudian menyebutkan gambar yang tertera pada kartu huruf lalu menyebutkan pula huruf depannya, dan anak-anak juga diberi kesempatan untuk meniru, mengucapkan.

5.      Anak-anak diajak mempraktikan permainan kartu huruf secara bersama-sama, dengan posisi anak masih duduk membentuk lingkaran.

6.      Setelah anak-anak bermain bersama-sama, guru member kesempatan pada setiap anak untuk melakukan permainan kartu huruf secara individu, permainan dimulai:

  • Anak mengambil sebuah kartu huruf, anak mengamati kartu huruf tersebut kemudian anak menyebutkan simbol huruf yang tertera pada kartu huruf tersebut. b) Anak membalik kartu huruf, anak mengamati gambar yang terdapat pada kartu kemudian anak menyebutkan huruf depan dari nama gambar yang terdapat pada kartu huruf tersebut.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini mengenai tentangkartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingudtik anak pada usia 4-5 tahun. Berdasarkan pencarian peneliti, ditemukan beberapa penelitian yang sudah dilakukan dan berkaitan dengan penelitian ini.

Yang pertama penelitian dari Nur Tanfidiyah, Ferdian Utama. Institute Agamna Islam Negri Surakarta penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan linguistic anak usia dini melalui  metode bercerita, Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Yang kedua penelitian dari Ririn Setyorini, Novie Varahdilah Sandi, Yusup Wibisono unuversitas Peradaban penelitian ini bertujuan untuk peningkatan kecerdasan verbal Lingustik anak usia dini melalui permainan gerbong angka. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Yang ketiga penelitian dari Novi Wulandari, Hasan Mahfud, Matsuri universitas Sebelas Maret penelitian ini bertujuan untuk upaya meningkatkan kecerdasan Verbal linguistic melalui metode bernanyi pada kelompok A. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

  1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk ,mendapat gambaran dan informasi yang lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian, oleh karena itu, maka penulis menetapakan lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Dalam hal ini, lokasi penelitian terletak dikampung Pasir kacapi, Kec Cikulur, desa Sukahrja. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2020.

  1. Latar Penelitian

     Penelitian yang dilaksanakan berlokasi di kp. Pasir kacapi, Desa Sukaharja pada bulan april-mei 2020,ditempat ini terdapat beberapa  factor pendukung bagi peneliti. Tahap penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus menggunakan model dan proses penelitian menurut Campbell. Cara analisis penjodohan Campbell ditujukan untuk mencapai konseptual dalam pemetaan konsep hasil lapangan. Pertama, data dan informan menghasilkan serangkaian pernyataan, informasi yang diperoleh dari informan menggambarkan konsep. Kedua, informasi yang didapatkan dihubungkan dengan pernyataan yang serupa sehingga pengelompokkan pernyataan memiliki keterkaitan dengan fokus penelitian yang digambarkan melalui peta konsep. Peta konsep ini membantu peneliti untuk menggabungkan dan membangun konseptual materi.



 

  1. Metode Dan Prosedur Penelitian

1.         Pendekatan dan Jenis Penelitian

a.             Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah kualitaif.  Dalam penelitian kualitatif tidak hanya obyek yang di amati saja tetapi sampai pada sesuatu yang berbeda dibalik obyek yang diamati. Melalui metode kualitatif obyek yang dilihat adalah sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi, pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang diamati. Karena setiap aspek dari obyek itu adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.      Penelitian kualiatif memiliki ciri-ciri yaitu intensif, keterlibatan langsung peneliti, merekam dengan hati-hati, serta melaporkan hasil riset secara detail. Sebab penelitian ini tidak menghasilkan data yang berupa angka angka, tetapi merupakan wujud kata-kata yang biasanya digunakan dalam penelitian sosial. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah yaitu peneliti bermaksud meneliti tentang  kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak usia 4-5 tahun

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah  studi kasus. Menurut Bogdan (2007:117), studi kasus adalah studi yang mengkaji suatu peristiwa. Dalam studi kasus, peneliti meneliti individu atau unit organisasi secara mendalam dengan mengemukakan semua variable yang signifikan yang terkait dengan masalah yang di teliti. Pada  studi kasus peneliti mencoba menggambarkan subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku, yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang melingkunginya, hubungan antara tingkah laku dengan riwayat timbulnya tingkah laku, demikian pula lain-lain hal yang berkaitan dengan tingkah laku tersebut. Di dalam studi kasus peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua variable penting yang melatar belakangi timbulnya serta perkembangan variabel tersebut. Jadi dalam penelitian ini data yang diperoleh disajikan dalam bentuk studi kasus untuk menjelaskan tentang kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak pada usia 4-5 tahun

Penelitian ini menggunakan metode Studi kasus deskriptif kualitatif. Yaitu salah satu jenis penelitian kualitatif adalah penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study). Penelitian studi kasus memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Penelitian studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif, tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau  masyarakat. Penelitian studi kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut dalam  memberikan gambaran luas, serta mendalam mengenai unit sosial tertentu. Sementara itu, Danim(2002:112) berpendapat bahwa subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya.

  1. Data dan Sumber Data

Data yang penulis peroleh dalam penelitian ini ada 2 jenis, yaitu:

  1. Data Primer

Berdasarkan pendapat Husein Umar (2009;43) menyatakan bahwa data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perorangan seperti hasil dari pengisian dari kuisioner yang biasa dilakukan oleh peneliti, maka data primer dalam penelitian ini merupkan data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui instumen pengamtan tentang kecerdasan lingustik anak melalui kartu huruf.

  1. Data skunder

Menurut pendapat Husein Umar (2009;43) menyatakan bahwa data skunder adalah data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajiakan, baik oleh pengumpul data primer maupun pihak lain. Jadi data skunder merupakan data yang diselidiki dan merupakan pendukung dari penelitian yang dilakuka.

 

  1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan labgkah yang vpaling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan  mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.   untuk mendapatkan data dan informasi yang memadai, peneliti menggunakan berbagai teknik. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi,  wawancara,  dokumentasi sebagai berikut :

1.      Observasi

Istilah observasi mengacu pada prosedurobjektif yang digunakan untuk mencatat subjek yang diteliti. Metode observasi digunakan untuk menjaring informasi mengenai bagaimana anak didik bersikap dan berinteraksi satu sama laindi sekolah. Observasi. Observasi ini dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran. Menurut Suhartini  Arikunto “observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengamat ketika kegiatan sedang dilakukan”?

      Metode ini digunakan untuk mengobservasi penggunaan media kartu huruf untuk meningkatakan kecerdasan lingustik pada anak usia dini dan dampaknya terhadap meningkatnya perkembangan bahasa anak usia dini.

Pengamatan yang dilakukan yaitu:

1)      Kegitan anak

2)      Respon siswa dan perkembangan kemampuan mengenal huruf anak, mengamti dampak atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan terhadap anak.

2.      Wawancara

       Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk memeperoleh informasi. Teknik wawancara dalam teknik pengumpulan data dan informasi memudahkan peneliti untuk dapat menggali tidak saja apa yang diketahui  dan dialami subjek, tetapi apa yang tersembunyi jauh didalam diri subjek peneliti. Data yang dikumpulkan melalui wawancara adalah data verbal  yang diperoleh melalui percakapan atau hanya jawaban.

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis yang akan ditanyak (Sugiyono. 2010:320).

 

 

Pedoman wawancara

1.      Wawancara guru

Informan               : Ima Matutoibah

Usia                       : 28

Hari dan tanggal   : Senin, 11 mei 2020

 

Pertanyaan

Jawaban

  1. Perkenalkan nama saya siti maesaroh, saya disini sedang melakukan penelitian yaitu tentang kartu huruf dalam pengembangan kecerdasaan lingustik anak pada usia 4-5 tahun, nama ibu siapa?

O iya, perkenalkan juga nama saya Ima matutoibah

  1. Kecerdasaan lingustik apa yang ibu ajarkan di sekolah ibu?

 

 

 

saya mengajarkan lebih ke melihat dan berbicara, berhubung disekolah saya setiap tahun ada saja anak yang dalam perkembangan berbicaranya belum berkembang, saya lebih menitik beratkan ke melihat dan berbicara

  1. Sudah berapa lama ibu menggunakan media kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik?

 

 

  1. Bagaimana cara ibu melihat indikator perkembangan lingustik anak?

Mengingat pelatihan-pelatihan yang saya laukan sudah hampir 4 tahun saya menggunakan media kartu huruf untuk pengembangan kecerdasan lingustik anak  usia 4-5 tahun

 

Ya dilihat dari STPPA, tapi jika anak itu juga mau menyebutkan huruf atau bercerita gambar apa yang dipegang guru menurut saya itu sudah berkembang ya tentunya melihat di STPPA

  1. Efektifkah penggunaan media kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik?

Kalau menurut saya kurang efektif melihat perkembangan anak lingustik anak itu berbeda-beda, karena ada yang senang saat menggunakan media kartu huruf ada juga yang tidak senang dalam mengunakan kartu huruf.

  1. sebagai pengajar bagimana solusi guru untuk menangani masalah tersebut?

Saya sering melakukan Tanya jawab pada saat kegiatan dilakukan dan selalu melakukan pembagian kelopompok agar anak mampu berkomunikasi dengan temannya

  1. Mengapa menurut anda media kartu huruf itu tidak efektif dalam pengembangan kecerdasaan lingustik anak usia 4-5 tahun terutama dalam berbicara?

Ya seprti tadi saya jawab karena disekolah saya masih adanya anak dalam berbicara belum jelas, sehimgga menurut saya kartu huruf kurang  efektif untuk anak usia 4-5 tahun, namun ada juga anak yang kecerdasaan lingustiknya terstimulus oleh kartu huruf.

  1.  bagaimana atusias anak dalam kegiatan mengenal huruf dengan media kartu huruf?

Ada yang atusias ada juga yang tidak atusias dalam kegiatan tersebut. Mungkin anak yang tidak atusias kecerdasaanya tidak k elinguistik lebih ke kecedasan lain.

  1. Apa factor pendukung dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak uisa 4-5 tahun?

 Menurut saya yang menjadi factor pendukung disekolah saya adalah program sekolah yang menunjang yang bisa menjadikan factor pendukung, namun terbatasnya saran dan prasaran juga menjadai hambatan yang bisa menjadi factor penghambat

  1. Apa  factor penghambat dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak uisa 4-5 tahun?

Selain sarana dan prasarana juga cara mengajar guru juga bisa menjadi factor penghambat untuk kecerdasan lingustik, bagaimana anak bisa mampu terstimulus jika seorang guru memberikan kegiatan yang tidak menarik bagi anak, yang ada anak nudah ngatuk saat kegiatan berlangsung, itu yang menjadi factor didalam lingkungan sekolah saya

  1. Bagaimana anda mengatasi factor penghambat yang ada?

Saya selalu mengevaluasi memberikan arahan-arahan kepada guru lain agar cara mengajar mereka bisa kreativ dan menyenangkan serta selalu mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah

  1. Usaha atau alternative apa yang ibu lakukan untuk mengatasi  factor penghambat tersebut?

Memberikan arahan kepada guru agar cara mengajar yang dilakukan itu tidak diulang lagi

  1. Apakah dalam pelaksanan upaya-upaya tersebut , ibu melibatkan pihak lain? Siapa saja?

Selain guru saya melibatkan orangtua untuk bekerjasama dalam meningkatkan kecerdasan lingustik anak agar kecerdasaan yang dimiliki mereka mampu berkembang dengan baik dan optimal

 

 

 

Pedoman wawancara

  1. Wawancara orangtua

Nama                           : maryam

Usia                             : 30 tahun

Nama anak                  : Mely Agustin

  1. Petunjuk pengisian

Mohon dijawab dengan situasi sebenarnya, dengan cara memberi cehklis pada jawaban sederhana. Ya atau tidak.

Pertanyaan

Keterangan

Ya

Tidak

  1. Apakah anak senang berbicara dirumah ataupun disekolah

 

ü

  1. Apakah anak bisa menjawab pertanyaan yang sederhana, seperti ini gambar apa ini?

 

ü

  1. Apakah anak mampu mengulang kalimat sederhana, seperti mengucapkan terimakasih?

 

ü

  1. Mampukah anak mengenal atau menirukan suara-suara hewan yang ada disekitar, seperti suara ayam berkokok?

 

 

ü

 

  1. Apakah anak senang bertanya ?

 

ü

 

  1. Apakah anak senang bercerita?

ü

 

  1. Apakah anak mampu mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, pelit, nakal) ?

 

 

ü

  1. Apakah anak mengerti kalimat perintah, seperti tolong ambilkan pensil?

 

ü

 

  1. Apakah anak sudah mampu mengucapkan keinginanya sendiri?

 

 

ü

  1. Apakah anak senang bernyanyi baik disekolah maupun di rumah?

ü

 

 

 

 

Pedoman wawancara

Wawancara orangtua

Nama                           : Mutmainah

Usia                             : 25 tahun

Nama anak                  : muhamd firly

Petunjuk pengisian

Mohon dijawab dengan situasi sebenarnya, dengan cara memberi cehklis pada jawaban sederhana. Ya atau tidak.

Pertanyaan

Keterangan

Ya

Tidak

1.   Apakah anak senang berbicara dirumah ataupun disekolah

 

ü

 

2.   Apakah anak bisa menjawab pertanyaan yang sederhana, seperti ini gambar apa ini?

 

ü

 

3.   Apakah anak mampu mengulang kalimat sederhana, seperti mengucapkan terimakasih?

 

 

ü

4.      Mampukah anak mengenal atau menirukan suara-suara hewan yang ada disekitar, seperti suara ayam berkokok?

 

ü

 

 

5.Apakah anak senang bertanya ?

 

ü

 

6. Apakah anak senang bercerita?

ü

 

7.   Apakah anak mampu mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, pelit, nakal) ?

 

ü

 

8. Apakah anak mengerti kalimat perintah, seperti tolong ambilkan pensil?

 

ü

 

9.   Apakah anak sudah mampu mengucapkan keinginanya sendiri?

 

ü

 

10.     Apakah anak senang bernyanyi baik disekolah maupun di rumah?

 

ü

 

 

 

 

3.      Dokumentasi

Dokumentasi adalah  salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Metode dokumentasi adalah alat pengumpulan data yangbdigunakan untuk mencari dan mengenal hal-hal atau variabelyang berupa catatan atau arsipbyang berhubungan dengan yang diteliti dan sebagainya. Penulis menggunakan metode ini sebagai alat untuk memperoleh data tentang hasil perkembangan bahasa anak . dokumenasi bdapat berupa gambar/foto/video yang digunakan untuk menggambarkan secara visual maupuin audio visual selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

F.     Prosedur Analisis Data

Model analisis yang digunaka dalam penelitian ini adalah model interaktif yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus didalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. Berikut urain tentang alur analisis data yang didapat melalui berbagai pengumpulan data.

  1. Reduksi data

Reduksi data adalah kegiatan menyajikan data inti/pokok, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan tajam mengenai hasil pengamtan, wawancara, serta dokumentasi. Reduksi data dalam   penelitian inidengan cara menyajikan data inti/pokok yang mencakup keseluruhan hasil penelitian, tanpa mengabaikan data pendukung, yaitu mencakup proses pemilihan, pemuatan, penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang diperoleh dari catatan lapangan.

Data yang berkumpul demikian banyak dan kompleks, serta masih tercampur aduk , kemudian direduksi. Reduksi data merupakan aktivitas memilih data. Data yang dianggap relevan dan penting yang berkaitan dengan perkembangan kreatifitas anak dalam proses pembelajaran .

  1. Penyajian Data

Data yang banyak diperoleh dari lapangan dan  telah direduksi agar mudah dipahami baik oleh peneliti maupun orang lain, maka data tersebut perlu disajika. Bentuk penyajianya adalah teks naratif (pengakuan secara tertulis). Tujuanya adalah untuk memudahkan dalam mendeskripsikan suatu peristiwa, sehingga dengan demikian, memudahkan untuk mengambil suatu kesimpulan.

 

  1. Menarik Kesimpulan

      Data yang sudah dipolakan, kemudian difokuskan dan disusun secara sistematik dalam bentuk naratif. Kemudian melalui induksi, data tersebut disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan dalam bentuk tafsiran dan argumentasi. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang diambil sekiranya masih terdapat kekurangan , maka akan ditambahkan.

      Tahap ini sangat penting dilakukan, sebab tanpa adanya kesimpulan maka data yang dianalisis dan disajikan tidak berarti apa-apa, penarikan kesimpulan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

  1. Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian  ini dilakukan  melalui teknik triangulasi karena keabsahan data dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan dengan alat-alat statistic. Menurut Moloeng (2013:3:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah dikemukakan. Teknik triangulasi terdiri dari traingulasi teknik pengumpulan data, triangulasi sumber data pengecekan anggota (member check) dan diskusi teman sejawat. Uji kredibilitas data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan triangulasi sumber.

Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara membandingkan data dan informasi yang dikumpulkan melalui informan satu dengan informain lain. Triangulasi pada penilitian in mealui wawancara langsung, observasi dilaksanakan dengan bentuk pengamatan atas beberapa kelakukuandan kejadian dan kemudian ditriangulasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No

 

Kegiatan

Bulan

Januari

Februari

Maret

April

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

1

Pengajuan judul

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

 

Observasi lapangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

 

Penyusunan proposal 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

 

Seminar Proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

 

 

 

Penyempurnaan proposal

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6

 

Penyusuna skripsi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 





















BAB IV

HASIL PENELITIAN

  1. Gambaran Umum

Kampung pasir kacapi sebuah kampung kecil yang terletak didesa Sukaharja Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak. Kampung pasir kacapi berbatasan dengan kabupaten pandeglang, bahasa yang digunakan menggunakan bahasa sunda, namun seiring berjalanya waktu sudah banyak sebagian orangtua dan  anak-anak  menggunakan bahasa Indonesia.  Warga pasir  kacapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bekerja  sebagai petani, tetapi ada juga sebagian warga bekerja menjadi perantau diluar daerah.

Sebelum era digital pada zaman dulu permainan tradisional sangatlah digemari   anak-anak dikampung ini. Dari congklak, engkle,  petak umpet, egrang dan permainan tradisonal lainya. Akan tetapi seiring waktu berjalan permainan tradisonal  ini sudah   tidak dijumpai lagi atau mungkin sudah tidak digemari  oleh anak-anak,  karena mereka lebih senang dengan bermain dengan  gadgetnnya. Tanpa mengetahui bahaya   yang mengintai dalam gadgetya. Dari rata-rata pendidikan orang tua dipasir kacapi lebih banyak pendidikan sekolah dasar.

  1. Temuan Penelitian

1.   Kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak pada uisa 4-5 tahun

Pengembangan kecerdasan linguistik anak di kampung pasir kacapai RT 02 RW 01. Pengembangan  kecerdasan linguistik merupakan usaha yang sadar dan bertanggung jawab guna memberikan rangsangan kepada anak agar semua aspek dapat tercapai secara optimal, Karena peneliti menyadari bahwa kecerdasan linguistik perlu di kembangkan.

Berikut kartu huruf mengembangan kecerdasan linguistik anak usia 4-5 tahundi kampung pasir kacapi.

    1. Gambaran umum pelaksanaan kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak pada usia 4-5 tahun

Peneliti melakukan observasi di kampung pasir kacapi kecamatan cikulur rt 01 rw 02. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan beberapa anak yang mengikuti kegiatan pembelajaran dirumah ada beberapa anak yang mampu mersepon pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti dan ada juga yang hanya diam dan malu-malu ketika peneliti melontarkan pertanyaan.

Peneliti melakukan wawancara kepada orangtua, dengan ibu Maryam berikut hasil dengan kesimpulan peneliti:

Apakah anak bisa menjawab pertanyaan yang sederhana, seperti ini gambar apa ini?

Ibu Maryam menjawab”tidak” dan terlihat juga saat kegiatan meli agustin hanya diam dan tidak melakukan apa-apa hanya memperhatikan saja pada saat kegiatan dilakukan dan susah untuk berataptasi dengan orang baru.

Dari hasil pengamatan kegiatan yang dilakukan dan hasil wawancara dengan orangtua, dapat disimpulkan bahwa aktivitas kegiatan diatas tidak memenuhi salah satu indicator kemampuan lingustik anak, yaitu anak cenderung diam dan hanya tersipu malu pada awal dan diakhir kegiatan. Berbeda dengan Aulia Zahra ia tampak senang pada saat kegiatan dilakukan dan selalu mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir dan selalu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.

Peneliti berlanjut melakukan pengamatan pada kegiatan pembelajaran dengan media kartu huruf. Ada beberapa anak dengan kemampuan menyimak yang sudah baik, ada satu anak dengan kemampuan menyimaknya kurang dan tidak suka memperhatikan pada saat kegiatan berlangsung, sehingga peneliti perlu mengondisikan anak lebih focus dalam menyimak meski focus anak itu tidak terlalu lama, namun peneliti harus memberikan kegiatan yang di senangi oleh anak agar kecerdasaa yang dimiliki anak mampu terstimulus.

Dalam hal berbicara ada juga anak yang masih belum jelas saat berbicara ia mampu berbicara namun kosa kata yang ia ucapakan belum jelas. Ia senang bercerita dan sudah mampu mengenal huruf. Terbukti pada saat peneliti memberikan contoh huruf  C kepada anak ia langsung menjawab “huruf C”. dan dalam bercertia anak sangat senang mencertiakan kejadian-kejadian yang ia alami dirumah maupun pada saat bermain, ia juga selalu menunjukan hasil gambar dan menceritkan gambar yang buat.

Dalam kegiatan mendengarkan dengan media kartu huruf peneliti memberikan kegiatan bernyanyi mengenal huruf dengan menunjukan kartu huruf yang digenggam oleh peneliti. Dalam pengamatan anak-anak tampak senang dengan lagu yang diberikan. Kemudian anak-anak menjawab hewan apa dari huruf A dan bukan hanya hewan saja seprti dari buah-buahan dan lain-lainya.

Gambar kegiatan anak

 Kesimpulam dari kegiatan diatas bahwasanya dari tingkatan perkembang lingustik masih ada anak yang belum berkembang dengan baik. Ada beberapa anak yang tidak atusias dalam kegiatan tersebut, namun tidak semua anak ada juga anak yang sangat atusias dalam melakukan kegiatan bahkan sangat senang saat melakukan kegiatan mengenal huruf, contohnya seperti aulia zahra dan muhamd firly yang sudah memiliki kecerdasaan lingustik, karena mereka sudah memenuhi beberapa indikator perkembangan kecerdasaan lingiustik, diantaranya: mampu menjawab pertanyaan dengan baik dan benar.

b.            Atusias  anak dalam mengikuti kegiatan kartu  huruf dalam mengembangkan kecerdasan lingustik anak pada usia 4-5 tahun

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dengan orangtua maupun guru kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak pada usia 4-5 tahun  ada yang sangat atusias dalam melakukan kegiatan mengenal huruf dengan media kartu huruf dan ada juga yang tidak atusias dalam kegiatan mengenal huruf dengan media kartu huruf, bahkan ada jug anak yang masih senang bermain sendiri tidak memperdulikan temanya atau gurunya saat melakukan kegiatan, anak hanya diam dan melihat jika kegiatan dilakukan setelah beberapa menit kemudian dia bermain sendiri lagi,atusias anak saat kegiatan dilakukan hanya ada beberapa anak saja sangat antusias ini terbukti pada hasil wawancar dengan guru.

“Ada yang atusias ada juga yang tidak atusias dalam kegiatan tersebut. Mungkin anak yang tidak atusias kecerdasaanya tidak kelinguistik lebih ke kecedasan lain”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa beberapa anak memiliki kecerdasan lingustik yang sudah bagus, karena dilihat hasil observasi yang dilakukan ada beberapa anak yang sudah menunjukan indikator kecerdasan lingustik seperti sudah mengenal pembendaharaan kata.

c.          waktu pelaksanaan meningkatkan kecerdasan linguistik anak melalui kartu huruf usia 4-5 tahun

Pelaksanaan dilakukan terjadwal oleh peneliti, karena adanya pandemi peneliti hanya melakukan pertemuan 3 kali pertemuan dalam satu minggu demi memutusnya rantai virus. Dalam pertemuan  itu peneliti selalu melakukan kegiatan cuci tangan sebelum melakukan kegiatan. Membaca doa sebelum dan sesudah kegiatan, belajar mengenal huruf di jam 08.00 kegiatann dilakukan dengan waktu 1 jam 30 menit, kemudian melakukan kegiatan ini yaitu mengenal huruf dengan media kartu huruf dan lagu mengenal kartu huruf, serta belajar menggambar bebas di jam 09.00 dengan menggunakan crayon dan kertas hvs. Kemudian anak membaca doa sesudah kegiatan dan pulang kerumah masing-masing. Kemudian dihari berikutnya agar anak tidak bosan dengan kegiatan mengenal huruf dengan media kartu huruf peneliti memberikan  kegiatan selingan dengan bercerita menggunakan media boneka jari, dan media lainnya dan dihari berikutnya peneliti selalu membuat kegiatan lainnya agar anak selalu senang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan.

pengenalan huruf dengan menggunakan media kartu huruf. Meski hanya 3 kali dalam satu Minggu perkembangan linguistik anak sangat bertahap ada juga yang mulai berkembang bahkan berkembang sesuai dengan harapan karena itu sesuai dengan kemampuan kecerdasan lingustik anak yang dimiliki. Ada yang terstimulus dengan kegiatan kartu huruf dan  ada juga terstimulus dengan kegiatan lainnya.

Berdasarkan hasil observasi diatas dapat dipahami bahwa pelaksanaan kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan linguistik anak pada usia 4-5 tahun dengan media kartu huruf yaitu dapat dilakukan kapan saja dan tidak hanya saat kegiatan saja, dan pada saat kegiatan dilakukan dan maksimal tiga kali dalam satu minggu.

d.           Indikator keberhasilan pengembangan kecerdasaan lingustik anak

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, bahwa indikator keberhasilan kecerdasaan lingustik anak yaitu dapat dilihat dari STTPA, dan juga  jika anak itu mau menyebutkan huruf atau mau bercerita tentang gambar yang ditunjukan itu sudah berkembang.

Berdasarkan hasil wawancara dan obeservasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa 4anak dikatakan berhasil jika anak mampu bercerita, dan tentunya disesuaikan dengan STPPA.

 

2.                  Faktor-faktor yang mempengaruhi kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan linguistic anak pada usia 4-5 tahun

Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kecerdasan linguistik, ada faktor penghambat dan juga faktor pendukung  dalam meningkatkan kecerdasan linguistik anak melalui kartu huruf yaitu

Kecerdasan linguistik berkaitan dengan kemampuan komunikasi. Manusia melakukan komunikasi dengan dengan memanfaatkan alat indera yaitu telinga, mulut/alat ucap, mata dan tangan, sehingga kondisi fisik pada alat indera akan mempengaruhi kecerdasan linguistik anak . Menurut Nurlaila, Tientje Yul Iskandar (Riani Sepetiawati,2010:8), kesehatan fisik anak yang baik, akan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan linguistik.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap ibu ima matutoibah yaitu factor yang menjadi pendukung yaitu program sekolah yang menunjang. Ini terbukti dalam wawancara tersebut “Menurut saya yang menjadi factor pendukung disekolah saya adalah program sekolah yang menunjang yang bisa menjadikan factor pendukung” dan factor yang menjadi penghambat dalam kartu huruf mengembangkan kecerdasaan lingustik anak pada usia 4-5 tahun yaitu terbatasnya sarana dan prasarana serta cara mengajar guru terhadap kegiatan yang diberikan kepada anak.

Hasil kesimpulan tersebut factor yang mempengaruhi kartu huruf dalam mengembagkan kecerdasan linguistic anak pada usia 4-5 tahun yaitu terdapat dua factor, factor penghambat dan factor pendukung, factor yang menjadi factor penghambat yaitu kurangnya saran dan prasaran serta cara mengajar guru menjadi factor penghamba. Factor pendukungnya yaitu program sekolah yang menunjang.

  1. Pembahasan temuan penelitian
  1. Kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak pada usia 4-5 tahun

Setelah dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan berikutnya adalah mengkaji  hakikat dan makna hasil temuan. Masing-masing temuan penelitian akan dibahas dengan mengacu pada teori dan pendapat para ahli yang

kompeten dalam kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasan lingustik anak pada usia 4-5 tahun di kecamatan Cikulur kabupaten Lebak agar benar-benar dapat menjadikan setiap temuan tersebut kokoh dan layak untuk dibahas.Berdasarkan fakta temuan yang diperoleh dari wawancara,observasi dan dokumentasi mengenai kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan linguistic anak pada usia 4-5 tahun di kampung pasir kacapi kecamatan Cikulur kabupaten Lebak yaitu

Gambaran umum meningkatkan kecerdasan linguistik anak yaitu dengan menggunakan media kartu huruf sebagai alat peragaran Kartu huruf merupakan abjad-abjad yang dituliskan pada potongan-potongan suatu media, baik karton, kertas maupun papan tulis (tripleks). Potongan-potongan huruf tersebut dapat dipindahkan sesuai keinginan pembuat buku kata, kata maupun kalimat. Azhar Arsyad (2005: 119) dalam Trisniwati (2014) mengungkapkan bahwa kartu huruf adalah kartu abjad yang berisi gambar, huruf, tanda simbol, yang meningkatkan atau menuntun anak yang berhubungan dengan simbol-simbol tersebut. Namun demikian kata huruf yang dimaksud disini adalah kartu huruf yang dibuat sendiri dengan bentuk awan terbuat dari kertas putih dan dilaminating. Penggunaan kartu huruf ini sangat menarik perhatian siswa dan sangat mudah dilakukan dalam pembelajaran menulis dan membaca permulaan. Selain itu, kartu huruf juga melatih kreatifitas siswa. Pendapat Ratnawati (dalam Suyanto, 2012:108) mengungkapkan bahwa, melalui media kartu huruf yang di implementasikan melalui permainan, dapat merangsang untuk lebih cepat mengenal simbol-simbol huruf, membuat minat anak semakin kuat untuk bereksplorasi dalam menemukan kosakata baru, dengan cara merangkaikan simbol- simbol huruf tersebut.

1)      Menulis permulaan melalui penggunaan kartu huruf membantu anak dalam proses pembelajaran.

2)      Dengan situasi yang menggembirakan serta dengan suasana yang akrab menciptakan situasi yang menggambarkan perkambangaan anak usia TK.

3)      Media kartu huruf digunakan untuk membantu perkembangan daya ingat anak pada tahap menulis permulaan

Hasan (2009: 66) dalam Trisniwati (2014) menyatakkan bahwa beberapa manfaat yang dapat diambil dari permainan kartu huruf yaitu:

1)      Dapat membaca dengan mudah. Permainan kartu huruf dapat membantu anak untuk mengenal huruf dengan mudah, sehingga membantu anak-anakdalam kemampuan membacanya.

2)      Mengembangkan daya ingat otak kanan. Permainan kartu huruf dapat mengembangkan kemampuan otak kanan karena dapat melatih kecerdasan emosi, kreatif, dan intuitif.

3)      Memperbanyak perbendaharaan kata. Permainan kartu huruf terdapat gambar dan tulisan dari makna gambar yang tertera pada kartu, sehingga dapat memperbanyak perbendaharaan kata yang dimiliki anak-anak.Disamping itu, fungsi kartu huruf dijelaskan oleh John D. Latuheru (Hendry Kurniawan, 2002: 24) mengungkapkan fungsi permainan kartu huruf adalah sebagai berikut:

1)      Kondisi atau situasi saat permainan sangat penting bagi anak didik karena anak-anak bersikap lebih positif terhadap permainan kartu itu.

2)      Permainan dapat mengajarkan fakta dan konsep secara tepat guna

3)      dengan cara pembelajaran konversional pada objek yang sama.

4)      Pada umumnya permainan kartu dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik, permainan dapat juga mendorong siswa untuk saling membantu satu sama lain.

5)      Bantuan yang paling baik dari media permainan adalah domain efektif (yang menyangkut perasaan atau budi pekerti) yaitu memberi bantuan motivasi untuk belajar serta bantuannya dalam masalah yang menyangkut perubahan sikap.

6)      Guru maupun siswa dapat menggunakan permainan kartu mana yang mengandung nilai yang paling tinggi dan bermakna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

  1.  Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan linguistik anak melalui

lingkungan yang meliputi pola pengasuhan orang tua, perubahan sosial sejarah, serta pendidikan anak. Menurut ThomasArmstrong 2013: 23 perkembangan kecerdasan linguistik bergantung pada tiga faktor utama sebagai berikut

1)      Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari individu. Sumbangan dari bidang biologis maksudnya yaitu tingkat kecerdasan linguistik seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik atau keturunan. Selain faktor keturunan juga bisa dipengaruhi oleh cerdera otak sebelum, selama dan setelah kelahiran anak.

2)      Sejarah kehidupan Kecerdasan linguistik seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi orang tua, guru, teman dan orang lain yang membangkitkan kecerdasannya. Orang tua yang memahami betul tentang kecerdasan linguistik, saat anaknya dalam kandungan akan diperdengarkan cerita-cerita yang bagus. Hal itu akan merangsangan perkembangan kecerdasan linguistik anak sejak dalam kandungan.

3)      Latar belakang budaya dan historis Tingkat kecerdasan linguistik seseorang dapat dipengaruhi oleh waktu dan tempat dimana ia lahir dan dibesarkan serta sifat dan keadaan perkembangan budaya dan sejarah di wilayah-wilayah yang berbeda.

Berikut ini lima faktor yang mempengaruhi  ini lima faktor yang mempengaruhi kecerdasan linguistik menurut Djaali 2012: 74-75.

1)      Faktor Pembawaan Faktor pembawaan yaitu sifat yang dibawa sejak lahir. Batasan kemampuan seseorang dalam mengatasi masalah dapat ditentukan oleh faktor bawaan. Faktor pembawaan menyangkut fisik dan psikis seperti emosi, kecerdasan dan bakat.

2)      Faktor Minat Dalam hal ini minat mengarahkan perbuatan kepada tujuan dan minat merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Setiap manusia memiliki motif yang mendorong untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga apa yang diminati manusia akan dapat memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik lagi. Oleh karena itu setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima pelajaran.

3)      Faktor Pembentukan Faktor pembentukan merupakan segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Faktor pembentukan ada dua yaitu faktor pembentukan secara sengaja dan faktor pembentukan secara tidak sengaja.

4)      Faktor Kematangan Faktor kematangan dalam hal ini meliputi kematangan fisik dan psikis. Setiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

5) Faktor Kebebasan Kebebasan dalam hal ini berarti manusia memiliki kebebasan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Kelima faktor ini saling berkaitan satu dengan yang lain. Saat menentukan kecerdasan linguistik seseorang tidak bisa hanya berpedoman pada salah satu faktor saja.

Menurut Petty dan Jensen Tutik Wahyuningsih, 2012: 6 keerdasan linguistik atau kemampuan bahasa dipengaruhi oleh dua faktor.

1). Faktor internal

a. Kesehatan anak

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kecerdasan anak. Kesehatan meliputi kesehatan fisik dan pskis. Kesehatan fisik dan psikis dalam hal ini yaitu kondisi fisik dan kondisi emosi anak. Menurut Daniel Goleman Lusi Nuryanti, 2008: 42 kecerdasan emosi mencakup. 1 Kemampuan seseorang mengenali emosinya sendiri. 2 Kemampuan mengelola suasana hati. 3 Kemampuan memotivasi diri. 4 Kemampuan mengendalikan nafsu 5 Kemampuan membangun dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan kondisi fisik meliputi mata, telinga, mulut dan tangan untuk mampu melakukan sebagaimana fungsinya. Sedangkan kesehatan psikis berkaitan dengan kondisi emosi anak untuk mampu memotivasi dirinya sendiri.

Menurut Hamzah B Uno 2010: 16 kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan 21 bermanfaat. dalam hal ini terkandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi. 2. Intelegensi dan bakat Menurut Hamzah B. Uno 2010: 7 bakat adalah kemampuan yang melekat dalam diri seseorang yang dibawa sejak lahir. Bakat biasanya dikaitkan dengan intelegensi, dimana kecerdasan merupakan modal awal untuk bakat tertentu. Peserta didik berbakat adalah peserta didik yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan- kemampuan yang unggul. Salah satu tanda bakat peserta didik yaitu mempunyai ingatan yang kuat misalnya terhadap nama orang, istilah- istilah baru maupun hal yang sifatnya detail. Pada tanda bakat ini peserta didik umumnya memiliki penguasaan bahasa baru yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya. 3. Minat dan motivasi anak Menurut M Husni Thamrin, dkk. 1997: 5 unsur-unsur yang terdapat dalam minat adalah perhatian, ketertariakan atau keinginan, kemauan dan perbuatan yang didefinisaikan sebagai berikut

a. Perhatian Perhatian adalah peningkatan keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatanya kepada sesuatu baik yang ada di dalam maupun yang diluar diri kita b. Tertarik 22 Tertarik mengandung pengertian merasa senang, terpikat, menaruh minat. Tertarik merupakan awalan dari individu yang menaruh minat terhadap suatu objek. Perasaan senang terhadap sesuatu objek baik orang atau benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang, orang merasa tertarik kemudian pada gilirannya timbul keinginan yang dikehendaki agar objek tersebut menjadi miliknya. c. Kemauan Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada tujuan yang dikehendaki oleh akal pikiran. Dorongan ini akan melahirkan timbulnya suatu perhatian terhadap suatu objek. Sehingga akan memunculkan minat individu yang bersangkutan. d. Perbuatan Perbuatan adalah sesuatu yang diperbuat atau dilakukan. Dimaksudkan setelah seseorang tertarik kepada suatu objek atau aktivitas akan mempunyai hasrat untuk melakukanya secara langsung. Dapat dijelaskan kembali mengenai perbuatan adalah suatu tanggapan atau reaksi seseorang terhadap rangsanganan atau lingkungan. 4. Cara belajar anak Setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda. Menurut Keefe Sugihartono dkk., 2007: 53 cara belajar berhubungan dengan gaya belajar. Gaya belajar dapat berubah-ubah tergantung aktifitas belajar atau perubahan pengalaman. Menurut Howard Gardner Sugihartono dkk., 2007: 59 semua anak memiliki beberapa jalan yang berbeda untuk 23 belajar yaitu dengan multiple intelligence. Teori ini mengajukan 8 kecerdasan yang sama pentingnya. Kecerdasan linguistik merupakan salah satu dari kedelapan kecerdasan. Kecerdasan linguistik memiliki implikasi dalam gaya belajar seseorang dengan melakukan aktivitas mendengarkan, berbicara, membaca keras maupun pelan dan menulis kreatif. 2. Faktor eksternal a. Faktor keluarga Lingkungan keluarga meliputi pola komunikasi keluarga yang banyak arah, jumlah anak atau jumlah keluarga, posisi urutan kelahiran sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan bahasa anak. Menurut Nurlaila N.Q, Mei Tientje Yul Iskandar Riani Setiawati, 2010: 8 Kecerdasan anak sangat dipengaruhi oleh perhatian orang tua, kepercayaan orang tua terhadap kemampuan anak, pemenuhan kebutuhan serta memberikan dorongan semangat anak. b. Lingkungan sekolah Program yang dibuat sekolah yaitu program yang mendorong anak untuk menyukai belajar dan melaksanakan tugas-tugas sekolah. Program yang menunjang disekolah. Menurut Gardner Thomas Armstrong, 2013: 130 mengembangkan kecerdasan majemuk bisa dengan pendidikan non formal. Thomas Armstrong 2013: 98 Selain itu, cara mengajar guru yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Menurut Thomas Armstrong 2013: 64 cara mengajar guru dalam hal ini bisa dengan melakukan kegiatan yang melibatkan aktivitas membaca, menulis, berbicara dan mendengarkan. Contoh aktivitas pengajaran yaitu ceramah, melakukan diskusi, bercerita, permainan kata, membaca bersuara, dan menulis. Berdasarkan pendapat para ahli tentang faktor yang mempengaruhi kecerdasan, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor tersebut memberikan andil besar terhadap pengembangan kecerdasan linguistik anak. Oleh karena itu, pengembangan kecerdasan linguistik harus bisa dioptimalkan sebaik-baiknya. Dalam penelitian ini, faktor yang mempengaruhi kecerdasan linguistik yang digunakan adalah faktor internal yang meliputi kondisi fisik, kondisi emosi, gaya belajar dan minat. Sedangkan faktor eksternal meliputi cara mengajar guru, dan program-program sekolah yang menunjang. Peneliti menggunakan observasi untuk memperoleh informasi data dari siswa dan guru tentang kondisi fisik, minat dan cara mengajar guru. Selain itu, peneliti menggunakan triangulasi sumber melalui wawancara dengan anak, orangtua, dan teman sebaya untuk memperoleh informasi mengenai kondisi fisik, kondisi emosi, cara belajar dan program sekolah penunjang. Peneliti menggunakan triangulasi teknik dan sumber untuk memperoleh informasi mengenai minat, dan cara mengajar guru.

 

 

 


BAB  V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas tentang kartu huruf dalam mengembankan kecerdasaan lingustik anak pada usia 4-5 tahun di kampung pasir kacapi kecamatan Cikulur kabupaten Lebak RT 02 RW 02 yaitu sebagai berikut:

Media kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak dapat meningkatkan kecerdasaan linguistic anak namun kegiatan yang dilakukan harus kerativ agar motivasi dan atusias anak lebih baik lagi

Terdapat faktor penghambat dan faktor pendukung dalam meningkatkan kecerdasan linguistik anak melalui kartu huruf usia 4-5 tahun dikampung pasir kacapi kecamatan Cikulur kabupaten Lebak yaitu

1) Faktor penghambat

a. Pendidikan orang tua

Pengetahuan sangatlah penting dalam mendidik anak agar anak bertumbuh dan berkembang secara optimal, faktor pendidikan orang tua juga mampu menjadi faktor penghambat untuk kecerdasan linguistik, minimnya pengetahuan orang tua tentang pengetahuan perkembangan anak menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatkan kecerdasan linguistik anak melalui kartu huruf usia 4-5 tahun. Ini terbukti dalam wawancara diatas orang tua tidak mengerti tentang pengertian kecerdasan linguistik anak bahkan mereka tidak tau untuk menstimulasi kecerdasan linguistik anak. Dari sebab itu penulis menjadikan pendidikan orang tua menjadi faktor penghambat untuk meningkatkan kecerdasan linguistik anak melalui kartu huruf usia 4-5 tahun.

b. Kepribadian

Dalam mengasuh anak, orang tua tidak hanya mengomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkan kembangkan kepribadian anak.

c. Jumlah pemilik anak

Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan para orang tua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga, akan ada kecenderungan orangtua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara satu dan lainnya. (Sofia:2013;75)

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan linguistik anak melalui kartu huruf usia 4-5 tahun, kunci permasalahan yakni terletak pada Bimbingan orangtua dilingkungan rumahnya. Kurangnya perhatian orangtua terhadap perkembangan linguistik anak sehingga dalam lingkungan sekolah dibutuhkan upaya yang tinggi dalam meningkatkan kecerdasan linguistik anak melalui kartu huruf yang dimiliki oleh anak.

Berkenan dengan perkembangan linguistik anak, orangtua dirumah maupun guru disekolah perlu memahami pola perkembangan bahasa anak. Dengan begitu anak akan sedini mungkin akan diberikan stimulasi untuk perkembangan linguistik anak agar dapat mendapatkan pelatihan untuk kecerdasan linguistik. Biasakan anak mengunakan bahasa yang baik dan benar.

2) faktor pendukung

Selain ada faktor penghambat ada  juga faktor pendukung yang menunjang kecerdasan linguistik anak melalui kartu huruf usia 4-5 tahun.l, faktor pendukungnya yaitu

a. Adanya unit sekolah pendidikan anak usia dini

Berdasarkan hasil penelitian unit sekolah pendidikan anak usia dini merupakan wadah atau tempat untuk mengembangkan, menyalurkan, mempraktikkan kemampuan anak yang dimiliki sehingga membantu jati dirinya dan mengembangkan kreativitasnya.

 

 

 

B. Saran

Adapun saran-saran yang bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam meningkatklan kecerdasan lingustik anak melalui kartu huruf usia 4-5 tahun

a.       Bagi orang tua

Senantiasa mengembangkan kecerdasan lingustik anak sehingga  anak mampu berkembang dengan optimal dan perkembangan lingustik anak mampu berkembang

b.      Bagi sekolah

Senantiasa mendukung untuk meningkatkan kecerdasan lingustik anak melalui kartu huruf usia 4-5 tahun dan penggunaan sarana dan perasananya agar bakat yang dimilikinya berkembang sebagai mana mestinya

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Sujiono Bambang, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT. Indeks, 2010

Musfiroh takdirotun, pengembangan kecerdasaan majemuk. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2018

Sujiono Nuraeni Yuliani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. PT. Indeks, 2013

Musfiroh takdirotun, Cerdas Melalui Bermain. Jakarta : PT. Grasindo, 2008

Dhieni Nurbiana, ddk, Metode Pengembangan Bahasa. Tangerang Selatan : CV. Bringin Indah, 2018

Prawira Almaja Purwa, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Baru. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013

http://www.kompas.com/kurikulum dengan kecerdasa jamak/ diakses jam 02.00, online selasa 31 maret 2020

http://www.thomasamstrong .com/multiple_intelligences.htm/ diakses jam 03.00, online selasa 31 maret 2020

Madyawati, Lilis. 2016. Strategi pengembangan bahasa pada anak. Jakarta: PT kharsima putra utama

Lwin, May, dkk. How to multiply your childs intelligence (cara mengembangkan berbagai komponen kecerdsan). Yogyakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008

http://harjanbantul.blogspot.com/2008/10kecerdassan-lingustik-danpengembangn.htm online 8 april 2020

http;//anak-usiadinibk.blogspot.com/2003/02/01/kecerdasan-lingustik-verbal-.html online 8 april 2020

Yuliani Nuraini. konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta:indeks, 2009

Miroh Fikrianti, perkembangan anak usia dini, Yogyakarta :laras media priam, 2013.

Hasan, Mutmainah, pendidikan anak usia dini. Jogjakarta :diva perss, 2009.

Gardner,cara menerapkan multi intelegensi, teori intelegensi ganda dan aplikasinya disekolah (alih bahasa). Jogjakarta :kanisius, 2004.

Herdiansyah Haris, wawancar, observasi, dan focus grup. Jakarta :raja grafindo prasada.2005.

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Pedoman Observasi

Lokasi penelitian                     : Kp. Pasir Kacapi, Kecamatan cikulur kabupaten Lebak

Waktu pelaksanna observasi   : 17-2 mei

Judul                                       : Meningkatkan Kecerdasan Lingustik Anak Melalui Kartu Huruf Pada Anak Usia 4-5 Tahun Kecamatan Cikulur  Kampung  Pasir Kacapi Penelitian Dilakukan Terhadap Anak (Aulia Zahra, Muhamad Firly, Meli Agustin, Adelia)

Dari proses observasi yang telah dilakukan peneliti mendaptkan data meningkatakna keccerdasan lingustik anak melalui kartu huruf dengan ringkasan sebagai berikut:

  1. Kecerdasan lingustik yang terdapat dilingkungan masyarakat

a.       Peneliti melakukan pengamtan dan wawancara dari aktivitas dirumah dan dilingkungan masyarkat

b.      Peneliti mengidentifikasi dari hasil pengamtan dan wawancara mengenai aktivitas didalam keluarga dan diluar lingkungan keluarga

c.       Peneliti menjabarkan kecerdasan lingustik yang ada dilingkungan rumah diantarnya:

·         Anak senang berkomunikasi dengan teman sebayanya maupun dengan orang dewasa

·         Anak senang menceritakan apa yang dia alami dengan baik

·         Anak mudah mengucapkan kata-kata, menyukai permainan kata, dan suka berbicara

 

  1. Factor penghambat dan pendukung kecerdasan lingustik

a.       Peneliti melakukan pengamtan dan wawancara dan aktivitas kegiatan bermain kartu huruf di rumah

b.      Peneliti mengidentifikasi dari hasil pengamtan dan wawancara mengenai aktivitas dirumah dan diluar ruamh

c.       Peneliti menjabarkan paparan hasil wawancara dan observasi berkaitan dengan fakto-faktor penghambat dan pendukung kecerdasan lingustik anak usia 4-5 tahun, dan ditemukan sebagai berikut:

·         Factor penghambat:kurangnya stimulasi dari orang tua dan pola asuh yang diberikan, membimbing beberapa anak yang kemampuan berbahasanya masih kurang berkembang , dan mengkondisikan anak agar tetap berkomunikasi

·         Factor pendukung:ada unit sekolah pendidikan anak usia dini yang menunjang kecerdasan lingustik

 

 

Lampiran 2

Pedoman wawancara

Pedoman wawancara

11.           Wawancara guru

Informan               :          

Usia                       :

Hari dan tanggal   :

 

Pertanyaan

Jawaban

  1. Perkenalkan nama saya siti maesaroh, saya disini sedang melakukan penelitian yaitu tentang kartu huruf dalam pengembangan kecerdasaan lingustik anak pada usia 4-5 tahun, nama ibu siapa?

  1. Apakah disekolah ibu ada anak yang memiliki kecerdasaan lingustik?

 

 

 


  1. Apakah ibu menggunakan media kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik?

 

 

 

.

  1. Efektifkah penggunaan media kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik?

 

  1. Oh masih ada anak yang belum terampil berbicara, nah sebagai pengajar bagimana solusi guru untuk menangani masalah tersebut?

 

  1. Mengapa menurut anda media kartu huruf itu tidak efektif dalam pengembangan kecerdasaan lingustik anak usia 4-5 tahun terutama dalam berbicara?

  1. Lalu bagaimana Keiikutsertaan anak dalam kegiatan mengenal huruf dengan media kartu huruf?

  1. Apa saja factor pendukung dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak uisa 4-5 tahun?

  1. Apa saja factor penghambat dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak uisa 4-5 tahun?

 

  1. Bagaimana anda mengatasi factor penghambat yang ada?

 

  1. Usaha atau alternative apa yang ibu lakukan untuk mengatasi  factor penghambat tersebut?

 

  1. Apakah dalam pelaksanan upaya-upaya tersebut , ibu melibatkan pihak lain? Siapa saja

 

 

Pedoman wawancara

1. Wawancara orangtua

Nama                           :

Usia                             :

Nama anak                  :

2.   Petunjuk pengisian

Mohon dijawab dengan situasi sebenarnya, dengan cara memberi cehklis pada jawaban sederhana. Ya atau tidak.

Pertanyaan

keterangan

ya

tidak

  1. Apakah anak senang berbicara dirumah ataupun disekolah

 

 

  1. Apakah anak bisa menjawab pertanyaan yang sederhana, seperti ini gambar apa ini?

 

 

  1. Apakah anak mampu mengulang kalimat sederhana, seperti mengucapkan terimakasih?

 

 

  1. Mampukah anak mengenal atau menirukan suara-suara hewan yang ada disekitar, seperti suara ayam berkokok?

 

 

 

  1. Apakah anak senang bertanya ?

 

 

  1. Apakah anak senang bercerita?

 

 

  1. Apakah anak mampu mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, pelit, nakal) ?

 

 

  1. Apakah anak mengerti kalimat perintah, seperti tolong ambilkan pensil?

 

 

  1. Apakah anak sudah mampu mengucapkan keinginanya sendiri?

 

 

  1. Apakah anak senang bernyanyi baik disekolah maupun di rumah?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hasil wawancara

Pedoman wawancara

2.      Wawancara guru

Informan               : Ima Matutoibah

Usia                       : 28

Hari dan tanggal   : Senin, 11 mei 2020

 

Pertanyaan

Jawaban

  1. Perkenalkan nama saya siti maesaroh, saya disini sedang melakukan penelitian yaitu tentang kartu huruf dalam pengembangan kecerdasaan lingustik anak pada usia 4-5 tahun, nama ibu siapa?

O iya, perkenalkan juga nama saya Ima matutoibah

  1. Kecerdasaan lingustik apa yang ibu ajarkan di sekolah ibu?

 

 

 

saya mengajarkan lebih ke melihat dan berbicara, berhubung disekolah saya setiap tahun ada saja anak yang dalam perkembangan berbicaranya belum berkembang, saya lebih menitik beratkan ke melihat dan berbicara

  1. Sudah berapa lama ibu menggunakan media kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik?

 

 

  1. Bagaimana cara ibu melihat indikator perkembangan lingustik anak?

Mengingat pelatihan-pelatihan yang saya laukan sudah hampir 4 tahun saya menggunakan media kartu huruf untuk pengembangan kecerdasan lingustik anak  usia 4-5 tahun

 

Ya dilihat dari STPPA, tapi jika anak itu juga mau menyebutkan huruf atau bercerita gambar apa yang dipegang guru menurut saya itu sudah berkembang ya tentunya melihat di STPPA

  1. Efektifkah penggunaan media kartu huruf dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik?

Kalau menurut saya kurang efektif melihat perkembangan anak lingustik anak itu berbeda-beda, karena ada yang senang saat menggunakan media kartu huruf ada juga yang tidak senang dalam mengunakan kartu huruf.

  1. sebagai pengajar bagimana solusi guru untuk menangani masalah tersebut?

Saya sering melakukan Tanya jawab pada saat kegiatan dilakukan dan selalu melakukan pembagian kelopompok agar anak mampu berkomunikasi dengan temannya

  1. Mengapa menurut anda media kartu huruf itu tidak efektif dalam pengembangan kecerdasaan lingustik anak usia 4-5 tahun terutama dalam berbicara?

Ya seprti tadi saya jawab karena disekolah saya masih adanya anak dalam berbicara belum jelas, sehimgga menurut saya kartu huruf kurang  efektif untuk anak usia 4-5 tahun, namun ada juga anak yang kecerdasaan lingustiknya terstimulus oleh kartu huruf.

  1.  bagaimana atusias anak dalam kegiatan mengenal huruf dengan media kartu huruf?

Ada yang atusias ada juga yang tidak atusias dalam kegiatan tersebut. Mungkin anak yang tidak atusias kecerdasaanya tidak kelinguistik lebih ke kecedasan lain.

  1. Apa factor pendukung dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak uisa 4-5 tahun?

 Menurut saya yang menjadi factor pendukung disekolah saya adalah program sekolah yang menunjang yang bisa menjadikan factor pendukung, namun terbatasnya saran dan prasaran juga menjadai hambatan yang bisa menjadi factor penghambat

  1. Apa  factor penghambat dalam mengembangkan kecerdasaan lingustik anak uisa 4-5 tahun?

Selain sarana dan prasarana juga cara mengajar guru juga bisa menjadi factor penghambat untuk kecerdasan lingustik, bagaimana anak bisa mampu terstimulus jika seorang guru memberikan kegiatan yang tidak menarik bagi anak, yang ada anak nudah ngatuk saat kegiatan berlangsung, itu yang menjadi factor didalam lingkungan sekolah saya

  1. Bagaimana anda mengatasi factor penghambat yang ada?

Saya selalu mengevaluasi memberikan arahan-arahan kepada guru lain agar cara mengajar mereka bisa kreativ dan menyenangkan serta selalu mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah

  1. Usaha atau alternative apa yang ibu lakukan untuk mengatasi  factor penghambat tersebut?

Memberikan arahan kepada guru agar cara mengajar yang dilakukan itu tidak diulang lagi

  1. Apakah dalam pelaksanan upaya-upaya tersebut , ibu melibatkan pihak lain? Siapa saja?

Selain guru saya melibatkan orangtua untuk bekerjasama dalam meningkatkan kecerdasan lingustik anak agar kecerdasaan yang dimiliki mereka mampu berkembang dengan baik dan optimal

 

 

 

 

Pedoman wawancara

  1. Wawancara orangtua

Nama                           : maryam

Usia                             : 30 tahun

Nama anak                  : Mely Agustin

  1. Petunjuk pengisian

Mohon dijawab dengan situasi sebenarnya, dengan cara memberi cehklis pada jawaban sederhana. Ya atau tidak.

Pertanyaan

Keterangan

Ya

tidak

  1. Apakah anak senang berbicara dirumah ataupun disekolah

 

ü

  1. Apakah anak bisa menjawab pertanyaan yang sederhana, seperti ini gambar apa ini?

 

ü

  1. Apakah anak mampu mengulang kalimat sederhana, seperti mengucapkan terimakasih?

 

ü

  1. Mampukah anak mengenal atau menirukan suara-suara hewan yang ada disekitar, seperti suara ayam berkokok?

 

 

ü

 

  1. Apakah anak senang bertanya ?

 

ü

 

  1. Apakah anak senang bercerita?

ü

 

  1. Apakah anak mampu mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, pelit, nakal) ?

 

 

ü

  1. Apakah anak mengerti kalimat perintah, seperti tolong ambilkan pensil?

 

ü

 

  1. Apakah anak sudah mampu mengucapkan keinginanya sendiri?

 

 

ü

  1. Apakah anak senang bernyanyi baik disekolah maupun di rumah?

ü

 

 

 

 

 

 

 

 

Pedoman wawancara

  1. Wawancara orangtua

Nama                           : Mutmainah

Usia                             : 25 tahun

Nama anak                  : muhamd firly

  1. Petunjuk pengisian

Mohon dijawab dengan situasi sebenarnya, dengan cara memberi cehklis pada jawaban sederhana. Ya atau tidak.

Pertanyaan

keterangan

Ya

tidak

  1. Apakah anak senang berbicara dirumah ataupun disekolah

 

ü

 

  1. Apakah anak bisa menjawab pertanyaan yang sederhana, seperti ini gambar apa ini?

 

ü

 

  1. Apakah anak mampu mengulang kalimat sederhana, seperti mengucapkan terimakasih?

 

 

ü

  1. Mampukah anak mengenal atau menirukan suara-suara hewan yang ada disekitar, seperti suara ayam berkokok?

 

ü

 

 

  1. Apakah anak senang bertanya ?

 

ü

 

  1.  Apakah anak senang bercerita?

ü

 

  1. Apakah anak mampu mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, pelit, nakal) ?

 

ü

 

  1.  Apakah anak mengerti kalimat perintah, seperti tolong ambilkan pensil?

 

ü

 

  1. Apakah anak sudah mampu mengucapkan keinginanya sendiri?

 

ü

 

  1. Apakah anak senang bernyanyi baik disekolah maupun di rumah?

 

ü

 

 

 

 

 

 

 

 

Hasil analisis data

  1. Hasil analisis anak

Dari hasil observasi anak sebagian anak ada yang belum berkembang, ada yang mulai berkembang dan bahkan sudah ada yang berkembang sesuai harapan. Ini dapat diartikan bahwa Permian media  kartu huruf mampu meningkatkan kecerdasan lingustik anak, namun penyajian kartu huruf harus dibuat semenarik mungkin agar anak senang tidak bosan dengan kegiatan yang dilakukan.

Anak, disetiap tahapan usia, memiliki rentang perhatian berbeda yang menentukan sejauhmana ia bisa berkonsentrasi dalam beraktifitas termasuk saat bermain. jadi kegiatan yamg dilakukan harus dibuat semenarik mungkin agar anak mampu berkonsentrasi dan belajar melalui bermain dengan ceria, tidak mudah ngantuk dan  tidak cepat ingin pulang. Dari sebab itu seorang guru paud diajarkan harus inovatif dalam melakukan kegiatan.

Kegiatan kartu huruf mampu meningkatkan kecerdasan lingustik anak jika pembawaan atau cara memberikan kegiatan tidak monoton atau tidak menarik dan sebagian besar juga disetiap anak tidak hanya memiliki kecerdasan lingustik saja, masih banyak kercerdas-kercerdasan lainyan yang dimiliki anak. Kita sebagai guru pendidikan anak usia dini harus tahau kebutuhan apa yang diperlukan dalam setiap anak, sehingga anak mampu berkembang dengan baik.

  1. Hasil analisis orang tua

Dari hasil wawancara yang dilakukan kebanyak ornagtua tidak tahu tentang kecerdasaan lingustik anak, mereka hanya tahu cerdas adalah anak yang mampu berprestasi di sekolah atau dapat disebut juga ranking. Daalam setiap keluarga memilik pola asuh yang bebebeda dan mereka tanpa tahu pola asuh yang diberikan kepada anak”contoh seperti ibu Maryam, ibu Maryam memberikan pola asuh otoriter kepada anak, tapi orang tua tidak tau  nama pola asuh yang diberikan kepada anaknya.

Sebagian besar dari ibu-ibu kampong pasir kacapi ini tidak mengerti akan hal kecerdasan lingustik, tidak tahu tentang perkembangan anak dan tidak mengerti pola aush, namun menurut saya mereka sangatlah hebat, mereka mampu mendidik anak dengan memiliki karakter agamis, meski mereka tidak mengerti tentang apa itu kecerdasan namun mereka menumbuh besarkan anaknya dengan kasih sayang dan pengrobanan

 

Itulah tadi di atas contoh skripsi semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

APA ITU GOOGLE ONE ? FUNGSI,KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA

CARA MEMOTIVASI DIRI AGAR TETAP SEMANGAT BELAJAR

Keutamaan Puasa di Bulan Suci Ramadhan